Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Karet Terpuruk, Indonesia Akan Pangkas Ekspor 300.000 Ton

BISNIS.COM, TOKYO - Karet terpuruk lebih dari delapan bulan akibat penguatan mata uang Jepang memangkas daya tarik kontrak berbasis yen, dan setelah sebuah laporan bahwa Bridgestone (5108) Corp dapat mengurangi kekhawatiran tentang permintaan dari para

BISNIS.COM, TOKYO - Karet terpuruk lebih dari delapan bulan akibat penguatan mata uang Jepang memangkas daya tarik kontrak berbasis yen, dan setelah sebuah laporan bahwa Bridgestone (5108) Corp dapat mengurangi kekhawatiran tentang permintaan dari para produsen ban.

Nilai kontrak untuk pengiriman September turun sebanyak 5,4% menjadi ¥ 261,4 per kilogram (US$2.655 per metrik ton) sebelum diperdagangkan pada ¥ 264 di Tokyo Commodity Exchange pada pukul 10.23. Penurunan tersebut memperpanjang kerugian tahun ini menjadi 13%.

Yen naik ke level tertinggi dalam seminggu terhadap dolar setelah Departemen Keuangan AS mengatakan dalam sebuah laporan 12 April bahwa Jepang harus menahan diri dari devaluasi kompetitif.

Bridgestone, produsen ban terbesar di dunia, dapat menggunakan 2,6% lebih sedikit karet tahun ini dari yang diproyeksikan pada bulan Februari. Analis Nomura Holdings Inc mengatakan hal itu terjadi karena permintaan di AS akan lebih lambat dari perkiraan.

"Kabar tentang Bridgestone menciptakan perhatian akan kelemahan dalam permintaan untuk komoditas tersebut. Bursa berjangka juga kehilangan dukungan dari pasar mata uang karena yen rebound," ujar Kazuhiko Saito, analis broker Fujitomi Co di Tokyo

Yium Tavarolit, kepala sekretaris di International Rubber Consortium, mengatakan jika Thailand, Indonesia dan Malaysia, pemasok utama karet, bertemu pekan lalu di Phuket untuk membahas langkah-langkah untuk mendukung harga. Ketiga negara tersebut mengurangi ekspor sebesar 300.000 ton sesuai target dan akan membahas penanaman bulan depan.

Harga karet di Thailand naik 1,2% menjadi 83,25 baht (US$2,86) per kilogram pada 11 April, menurut Institut Penelitian Karet Thailand. Harga rebound setelah menyentuh 81,75 baht pada tanggal 5 April, level terendah sejak November 2009.

Di Shanghai Futures Exchange, kontrak untuk pengiriman September melemah 4,4% menjadi 20.410 yuan (US$3,398) per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Giras Pasopati
Editor : Fajar Sidik
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper