Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gejolak Timur Tengah Picu Kekhawatiran Pasokan, Minyak Mentah Menguat

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni ditutup menguat 0,4% atau 0,26 poin ke level US$ 70,96 per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak WTI/Reuters
Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat naik karena para pelaku pasar menilai meningkatnya ketegangan di Timur Tengah memberikan tekanan terhadap cadangan minyak dunia.

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni ditutup menguat 0,4% atau 0,26 poin ke level US$ 70,96 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, Brent untuk pengiriman Juli menguat 1,11 poin dan ditutup pada level US$78,23 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Brent menyentuh level US$78 untuk pertama kalinya sejak akhir tahun 2014.

Lebih dari 50 warga Palestina tewas dalam protes atas peresmian kedutaan AS di Yerusalem, menyoroti ketegangan di wilayah tersebut kurang dari sepekan setelah Presiden Donald Trump menerapkan kembali sanksi terhadap Iran, produsen minyak mentah terbesar ketiga OPEC.

"Fokusnya hanya masih pada situasi di Iran dan Timur Tengah," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, seperti dikutip Bloomberg. “Kadang-kadang, ketegangan tinggi di Timur Tengah dan terkadang mereda. Saat ini, ketegangan sudah sangat tinggi.”

Minyak mentah AS telah meningkat 3,5% bulan ini setelah Arab Saudi mengatakan kepada OPEC telah mengurangi produksi minyak mentah ke level terendah sejak dimulainya upaya gabungan untuk mengurangi kelebihan pasokan global.

Sementara itu, keputusan Trump untuk mundur dari perjanjian nuklir Iran 2015 dan memberlakukan kembali sanksi diperkirakan akan menurunkan ekspor minyak mentah dan kondensat Iran sebesar 500.000 barel per hari pada 2019, menurut BMI Research.

Meski begitu, Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail Al Mazrouei mengatakan OPEC memiliki kapasitas cadangan yang cukup untuk mengisi kekurangan pasokan.

Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif memulai tur diplomatik untuk membantu mengatasi ancaman Trump yang akan menerapkan sanksi ekonomi. Pemberhentian pertama Zarif ada di Beijing, yang dilanjutkan dengan pertemuan dengan menteri Inggris, Perancis dan Jerman pada 15 Mei di Brussels.

“Dalam jangka pendek, apakah sanksi tersebut sangat berarti bagi pasokan global saat ini? Sebenarnya tidak. Namun, sanksi tersebut  menambah persepsi adanya pengetatan,” kata Ben Cook, manajer portofolio TwinLine MLP Fund di BP Capital Fund Advisors LLC

Ia melanjutkan, sanksi tersebut juga menghadirkan peluang bagi negara-negara lain untuk mendapatkan kembali pangsa pasar dengan mengorbankan Iran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper