Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia bergerak melemah pada perdagangan Selasa (15/5/2018), setelah kinerja yang tidak menarik di Wall Street meredakan sentiment dari optimisme perdagangan AS-China.
Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang merosot 0,16% setelah ditutup menguat 0,6% pada akhir perdagangan Senin (14/5), level tertinggi sejak akhir Maret. Adapun indeks S&P/ASX200 Australia menguat 0,05%, Kospi Korea Selatan merosot 0,05%, dan Nikkei 225 Jepang cenderung flat.
Dilansir Reuters, Wall Street memperkecil penguatan setelah berfluktuasi pada perdagangan Senin karena pelemahan saham defensif mengimbangi optimisme menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump terhadap ZTE Corp yang menenangkan ketegangan perdagangan AS-China.
Investor di bursa saham China kemungkinan akan mengembalikan eksposur mereka setelah MSCI, penerbit indeks AS, menerbitkan bobot indeks terbaru.
MSCI menyatakan pada Selasa bahwa 234 saham berkapitalisasi besar di China akan sebagian masuk dalam indeks global dan regional pada 1 Juni mendatang, menyusul tinjauan indeks menjelang masuknya China dalam indeks MSCI yang dilacak secara luas.
Sementara itu, minyak mentah Brent naik 0,2% ke level US$78,38 per barel, sedangkan minyak mentah AS West Texas Intermediate naik 0,15% ke US$71,07 per barel dan sempat mencapai US$71,89, level tertinggi sejak November 2014 pada hari Kamis.
Harga minyak kembali menguat dimana OPEC melaporkan bahwa kelebihan pasokan minyak global telah hampir dieliminasi. Ketegangan di Timur Tengah dan ketidakpastian tentang output dari Iran di tengah sanksi baru AS juga telah berkontribusi pada kenaikan harga minyak baru-baru ini.
"Kenaikan harga minyak mentah tidak akan memiliki dampak negatif yang luas pada pasar saham jika terus pada laju saat ini," kata Masahiro Ichikawa, analis senior di Sumitomo Mitsui Asset Management di Tokyo, seperti dikutip Reuters.
"Kenaikan harga minyak sangat baik untuk sektor-sektor saham tertentu seperti saham energi,” lanjutnya.