Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Indonesia Jamin Jaga Likuiditas, Rupiah Ditutup Berbalik Menguat

Rupiah ditutup berbalik menguat meski hanya 9 poin atau 0,06% ke level Rp13.939 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi 7 poin atau 0,05% ke level Rp13.955 per dolar AS.
Petugas mengangkut tumpukan uang kertas pada bagian pelayanan perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/6)./Antara-Moch Asim
Petugas mengangkut tumpukan uang kertas pada bagian pelayanan perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/6)./Antara-Moch Asim

Bisnis.com, JAKARTA — Meski terus tertekan sepanjang perdagangan, nilai tukar rupiah mampu berakhir menguat hari ini, Kamis (3/5/2018).

Rupiah ditutup berbalik menguat meski hanya 9 poin atau 0,06% ke level Rp13.939 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi 7 poin atau 0,05% ke level Rp13.955 per dolar AS.

Rupiah mampu rebound setelah pada perdagangan kemarin, Jumat (2/5/2018), rupiah ditutup melemah 0,25% atau 35 poin ke level Rp13.948 per dolar AS. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.939 – Rp13.977 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengatakan bank sentral akan memastikan ada likuiditas rupiah dan valas yang cukup di pasar di tengah volatilitas yang terjadi saat ini.

“BI akan terus memantau pergerakan rupiah serta mendiskusikan masalah volatilitas dalam rapat kebijakan dewan gubernur pada 16-17 Mei untuk memutuskan suku bunga acuan,” terang Agus Martowardojo kepada awak media hari ini, Kamis (3/5/2018).

Sementara itu menurut mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, BI perlu mengetatkan kebijakan moneter untuk melindungi rupiah jika AS menaikkan suku bunga lebih dari tiga kali tahun ini

“BI harus menaikkan suku sebesar 25 basis poin jika The Fed melakukan penaikan sebanyal empat kali tahun ini,” ujar Chatib Basri, seperti dikutip Bloomberg.

Di sisi lain, Kepala Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara mengatakan pelemahan rupiah juga memiliki dampak positif pada anggaran pemerintah, namun pemerintah tetap serius dalam memantau pergerakan rupiah.

“Pendapatan dari royalty migas dan pendapatan lain dalam dolar AS lebih tinggi dibanding kenaikan beban pembayaran utang saat rupiah melemah,” ungkap Suahasil, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper