Bisnis.com, JAKARTA - Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih banyak dipengaruhi sentimen eksternal. Ketika kekhawatiran faktor tersebut mereda, indeks berpotensi rebound.
Pada penutupan perdagangan Kamis (15/3/2018), IHSG melemah 60,72 poin atau 0,95% menjadi 6.321,90. Posisi indeks pun menjadi melemah 0,53% secara year to date (ytd), setelah sebelumnya cenderung menghijau.
Transaksi investor asing mengalami net sell Rp635,41 miliar pada perdagangan Kamis (15/3/2018). Fenomena tersebut menambah catatan aksi jual bersih asing sebesar Rp16,34 triliun secara ytd.
Sementara itu, rupiah melemah 15 poin atau 0,11% menjadi Rp13.749 per dolar AS. Kurs tengah dipatok Rp13.748 per dolar AS. Harga merosot 1,43% sepanjang tahun berjalan.
Rupiah sempat menyentuh level Rp13.816 per dolar AS pada 8 Maret 2018. Ini merupakan level terendah sejak 28 Januari 2016 di posisi Rp13.873.
Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman menyampaikan, IHSG tertekan akibat sentimen negatif dari faktor eksternal seperti rencana kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve yang lebih agresif dan perang dagang antar negara melalui penaikkan tarif impor.
"Sentimen tersebut membuat banyak investor asing khawatir dan memilih berinvestasi di mata uang dolar AS sebagai safe haven. Karena itu, sebagian investasi di pasar saham Indonesia dilepas sehingga berdampak terhadap tertekannya IHSG," tuturnya kepada Bisnis.com, Kamis (15/3/2018).
Menurut Norico, koreksi IHSG diperkirakan hanya sementara waktu. Ketika kekhawatiran faktor eksternal mulai mereda dan nilai tukar rupiah kembali relatif stabil terhada dolar AS, maka IHSG akan mengalami penguatannya.