Bisnis.com, JAKARTA – Data manufaktur dan konstruksi Amerika Serikat (AS) berikut rilis risalah rapat kebijakan The Federal Reserve yang digelar pada Desember tahun lalu berhasil mendorong penguatan dolar AS.
Dolar AS menguat terhadap euro dan yen setelah bank sentral AS tersebut merilis risalah rapat kebijakan pada 12-13 Desember, yang menunjukkan arah kenaikan suku bunga acuannya beberapa kali tahun ini.
Indeks dolar pun mencatatkan penguatan harian terbesarnya dalam lebih dari dua pekan. Indeks dolar AS dilaporkan naik 0,34%, sedangkan euro turun 0,38% ke US$1,2011.
Risalah rapat The Fed mengakui penguatan yang solid dalam pasar tenaga kerja AS dan ekspansi dalam aktivitas ekonomi, meskipun tetap terdapat kekhawatiran di antara pembuat kebijakan tentang inflasi yang terus-menerus rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa The Fed akan terus melakukan pendekatan bertahap dalam menaikkan suku bunga namun juga dapat mempercepat lajunya jika inflasi meningkat.
Sejumlah pejabat The Fed juga membahas kemungkinan bahwa kebijakan pemangkasan pajak oleh pemerintahan Presiden Donald Trump atau kondisi keuangan yang mudah bisa menyebabkan tekanan inflasi meningkat, sehingga menyebabkan pembelian dolar, menurut analis.
“Perdebatannya sama. Anda melihat pertumbuhan yang kuat dan tingkat pengangguran yang rendah di satu sisi serta inflasi yang rendah di sisi lain,” kata Stephen Stanley, kepala ekonom di Amherst Pierpont Securities di Stamford, Connecticut, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (4/1/2018).
“Mereka telah menempuh jalan tengah mengenai pendekatan kebijakan mereka, menaikkan suku bunga secara bertahap dan mengurangi neraca keuangan. Mereka akan melanjutkan taktik yang sama,” lanjut Stanley.
Penguatan dolar di awal sesi sebelumnya ditopang data yang menunjukkan belanja konstruksi AS naik 0,8% pada bulan November ke nilai tertinggi sepanjang masa sebesar US$1,257 triliun, didorong oleh lonjakan investasi dalam proyek perumahan dan nonhunian swasta.
Pada saat yang sama, indeks manufaktur AS oleh Institute for Supply Management naik menjadi 59,7 bulan lalu, melampaui ekspektasi pasar.
Meski demikian, analis tetap skeptis terhadap prospek jangka pendek untuk dolar, mengingat kenaikan suku bunga telah banyak diantisipasi. Beberapa juga mengatakan bahwa inflasi AS dapat mendorong The Fed akan lebih lambat dalam menaikkan suku bunga.