Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah indeks saham di Asia bergerak variatif pada awal perdagangan hari ini, Senin (2/10/2017), saat investor mencermati prospek stimulus dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Di Amerika Serikat (AS), pemerintahan Presiden Donald Trump mengambil langkah-langkah menuju upaya pemangkasan pajak, sedangkan China mengungkapkan dorongan yang ditargetkan terhadap tersedianya kredit.
Indeks Topix Jepang berbalik arah ke posisi 1.674,63 pada pukul 9.08 pagi waktu Tokyo (pukul 7.08 WIB), sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 1%.
Sementara itu, indeks S&P 500 AS menguat setelah indeks acuan tersebut membukukan rekor terbaru pada perdagangan Jumat (29/9).
Indeks acuan Australia bergerak menuju penguatan harian terbesar sejak Juli setelah China, salah satu mitra dagang terbesarnya, melaporkan performa manufaktur yang kuat serta mengumumkan rencana untuk memangkas jumlah bank tunai yang memegang cadangan untuk kredit tertentu.
Di sisi lain, nilai tukar euro sedikit berubah pasca referendum kontroversial di Catalonia terkait kemerdekaannya dari Spanyol yang dicederai oleh bentrokan dengan pihak kepolisian.
Ketegangan bisa memiliki efek yang lebih besar di pasar obligasi, dengan potensi premi obligasi Spanyol meningkat melebihi yield Jerman.
“Apakah masih ada kompromi yang bisa ditemukan? Dugaan saya adalah ada, dan semuanya akan beres dalam beberapa bulan mendatang,” ujar Erik Nielsen, kepala pakar ekonom global di UniCredit SpA., seperti dikutip dari Bloomberg.
Bursa saham Jepang fluktuatif di awal perdagangan setelah survei Tankan triwulan Bank of Japan (BoJ) menunjukkan bahwa para manufaktur besar di negeri sakura tersebut memiliki tingkat kepercayaan diri terbesar dalam satu dekade
Tiadanya aktivitas perdagangan di beberapa negara termasuk Hong Kong, China, dan Korea Selatan diperkirakan akan mempengaruhi kawasan Asia Pasifik hari ini.
Dolar AS mempertahankan penguatan yang dicatatkan sejak pekan lalu di tengah optimisme bahwa pemerintahan Presiden Trump akhirnya bergerak maju dengan rencana reformasi pajak yang dapat mendorong pertumbuhan AS.
Investor juga akan mencari petunjuk lebih jauh mengenai apakah Trump akan meminta Gubernur Federal Reserve Janet Yellen untuk tetap melanjutkan kepemimpinan setelah masa jabatannya di bank sentral AS berakhir pada bulan Februari, atau memilih seseorang yang baru.
Trump telah menyatakan bahwa keputusan terkait hal ini dapat diambil dalam dua atau tiga pekan ke depan.