Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peluang Penurunan BI Rate: Asing Masuk & IHSG Melesat

Peluang Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) membuat investor asing terus masuk ke pasar modal dan membuat Indeks harga saham gabungan (IHSG) melesat di kawasan regional Asia Tenggara.
Tamu undangan mengamati pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2016 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/1/2016). Presiden meminta pelaku usaha optimis menghadapi perekonomian 2016. / Antara- Puspa Perwitasari
Tamu undangan mengamati pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2016 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/1/2016). Presiden meminta pelaku usaha optimis menghadapi perekonomian 2016. / Antara- Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA--Peluang Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) membuat investor asing terus masuk ke pasar modal dan membuat Indeks harga saham gabungan (IHSG) melesat di kawasan regional Asia Tenggara.

Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Guntur Tri Hariyanto mengatakan peluang penurunan BI Rate diperkirakan bakal terjadi pada Februari atau Maret. Pasalnya, BI masih akan memantau fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam beberapa bulan terkakhir.

"BI Rate akan segera turun kalau berbasis pada inflasi. Tapi BI juga akan melihat perkembangan kurs, rupiah memang tidak terlalu buruk karena terbantu oleh penyeimbangan dana global," ungkapnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (6/1/2016).

Faktor terbesar yang paling dipertimbangkan oleh bank sentral untuk menurunkan BI Rate saat ini adalah pergerakan kurs rupiah. Bila BI Rate turun dan rupiah kembali anjlok, tentunya BI akan mengintervensi pasar dengan menggerus cadangan devisa.

Bank sentral telah mempertahankan suku bunga acuan sejak Februari hingga Desember 2015 pada level 7,5%. Otoritas moneter yang dipimpin oleh Agus D.W. Martowardojo pada Februari 2015 menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin dari level 7,75%, yang telah berlangsung sejak November 2014.

Guntur menilai sudah seharusnya BI kembali menurunkan suku bunga acuan berdasarkan capaian data inflasi sepanjang tahun lalu yang berada pada level 3,35%, terendah dalam 5 tahun terakhir. BI Rate dinilai menjadi salah satu pendorong capital inflow dan penguatan IHSG.

Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup menguat 1,12% ke level 4.608,98 seiring kian ramainya transaksi investor asing. Bahkan, net buy investor asing tercatat kian besar mencapai Rp385,01 miliar.

Tercatat, investor asing memborong saham senilai Rp3 triliun sepanjang hari kemarin. Total transaksi di lantai bursa juga membludak hingga Rp5,89 triliun dengan volume 4,11 miliar lembar saham.

Penguatan IHSG pada perdagangan kemarin, dinilai oleh Guntur lantaran kian stabilnya bursa saham global dan regional. Sebagian besar investor sudah memprediksi bakal ada aliran dana asing ke pasar modal Tanah Air.

Meski telah terjadi penaikkan Fed Fund Rate (FRR) oleh Federal Reserve, sambungnya, investor mulai jenuh akibat imbal hasil yang ditawarkan di AS terus mengecil. Akhirnya, investor mulai kembali ke emerging market, termasuk Indonesia.

Perkembangan ekonomi Indonesia akhir tahun lalu mulai membaik. Tren berbaliknya kondisi ekonomi Tanah Air ditandai dengan rendahnya tingkat inflasi, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), serta realisasi penyerapan anggaran pemerintah yang tidak terlalu buruk.

Investor perlu memantau kondisi ekonomi China dan perkembangan harga minyak mentah dunia. Kian melorotnya harga minyak dinilai bakal berpengaruh terhadap pendapatan pemerintah, yang tentunya bakal menambah utang luar negeri hingga Rp500 triliun pada tahun ini.

"Dari sektor perbankan terkait data kredit macet yang terdampak oleh perlambatan ekonomi tahun lalu. Sampai sejauh mana bisa berdampak pada perbankan yang juga merembet ke sektor industri lainnya," paparnya.

Pada perdagangan hari ini, Guntur memerkirakan IHSG akan kembali terkoreksi akibat adanya profit taking, setelah terjadi lonjakan yang cukup tinggi. IHSG masih bergerak pada tataran sideways, meski bakal ada kenaikan dalam tren jangka pendek.

IHSG diperkirakan berada pada level support 4.650 dan resistance 4.600. Sedangkan, kurs rupiah diperkirakan berada pada level support Rp13.940/US$ dan resistance Rp14.000/US$.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper