Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emirsyah Satar Pesimistis Tutupi Kerugian Garuda

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Emirsyah Satar pesimistis bisa menutupi kerugian pada akhir 2014 yang membengkak pada kuartal III-2014.
Dirut PT Garuda Indonesia Tbk Amirsyah satar./JIBI
Dirut PT Garuda Indonesia Tbk Amirsyah satar./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA -  Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Emirsyah Satar pesimistis bisa menutupi kerugian pada akhir 2014 yang membengkak pada kuartal III-2014.

"Masih negatif, enggak mungkin satu kuartal 'recover' (menutupi) 'loss' (kerugian) di tiga kuartal," kata Emirsyah usai diskusi di di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Jakarta, Jumat (14/11/2014).

Namun, Emirsyah masih berharap kerugian akan terus tertutupi secara perlahan hingga tutup buku nanti.

"Tapi, mudah-mudahan mengecil pelan-pelan sampai akhir tahun," katanya seperti dikutip Antara.

Menurut laporan keuangan kuartal III 2014, Garuda mengalami kerugian sebesar US$204,65 juta  yang setara Rp2,49 triliun atau membengkak 528,14%  dibandingkan dengan jumlah kerugian periode yang sama pada 2013 sebesar 32,58 juta atau Rp397,49 miliar.

Namun, dia mengatakan kerugian pada Juli US$42,4 juta  dan keuntungan yang hanya US$0,4 juta  tertolong pada September yang berhasil membukukan keuntungan US$22,1 juta.

Emirsyah mengatakan kerugian tersebut akibat meroketnya biaya operasonal serta depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mencapai lebih dari 20%.

"Melambatnya pertumbuhan ekonomi global berpengaruh pada penurunan permintaan untuk rute-rute internasional dan penurunan kinerja Garuda maupun sejumlah maskapai penerbangan internasional lain, khususnya di kawasan Asia Pasifik yang pasarnya memang semakin kompetitif," katanya.

Selain itu, lanjut dia, masih tingginya harga bahan bakar juga ikut menekan laba mengingat biaya bahan bakar merupakan salah satu komponen biaya operasional terbesar, yaitu mencapai 40%.

Emirsyah menambahkan tertekannya kinerja perusahaan juga dipengaruhi oleh langkah investasi dalam pengembangan armada dan Citilink selama periode dua tahun terakhir.

Namun, Garuda membukukan pendapatan operasi sebsar US$2.801,7 juta  atau tumbuh 4,3%  dibanding periode yang sama 2013.

"Garuda juga akan mengurangi kapasitas sementara ini melalui penghentian operasional pesawat tua yang boros bahan bakar dan menunda kedatangan pesawat yang dipesan," katanya.

Ia akan meningkatkan kegiatan penjualan secara agresif, khususnya penumpang corporate, bisnis dan wisata, serta mengurangi belanja modal tahun 2014 hingga US$54 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper