Bisnis.com, JAKARTA — Dua emiten konglomerasi, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) milik Grup Sinar Mas dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) besutan taipan Prajogo Pangestu, resmi menjadi bagian dari Morgan Stanley Capital International (MSCI) Global Standard Index efektif per hari ini, Rabu (27/8/2025). Masuknya dua saham tersebut dipandang membuka ruang bertumbuh lebih luas, baik dari sisi valuasi saham maupun prospek bisnis.
Keanggotaan dalam indeks global seperti MSCI menjadi penanda penting, mengingat indeks ini menjadi acuan utama bagi manajer investasi internasional dalam menempatkan portofolio. Sejumlah analis menilai hal ini akan memicu aliran dana masuk (capital inflow) dari passive fund maupun active fund global.
Saham DSSA telah mencatat reli spektakuler sepanjang tahun berjalan. Berdasarkan data BEI per Selasa (27/8/2025), harga DSSA menanjak 142,83% sejak awal tahun, dengan kapitalisasi pasar kini menembus Rp697,93 triliun.
Analis Sucor Sekuritas Cheryl Jennifer Wang dan Paulus Jimmy dalam risetnya memberikan peringkat buy untuk DSSA berdasarkan valuasi sum of the parts (SOTP).
"Kami memandang DSSA sebagai proksi untuk salah satu eksposur infrastruktur digital terbesar di Indonesia, dengan potensi keuntungan tambahan dari strategi pertumbuhan anorganik yang direncanakan," tulis Cheryl dan Paulus dalam risetnya pada beberapa waktu lalu.
DSSA sedang bertransformasi menjadi salah satu perusahaan konglomerasi infrastruktur digital terbesar dan paling terintegrasi di Indonesia. DSSA mengendalikan aset infrastruktur perangkat keras utama, termasuk jaringan fiber-to-the-home (FTTH) dengan 6,8 juta home pass hingga pusat data berkapasitas hingga 40 MW.
Baca Juga
Melengkapi infrastruktur fisiknya, DSSA juga memiliki aset ekosistem digital strategis, seperti dompet elektronik DANA dan saham minoritas di Vidio. Kemudian, di segmen usaha batu bara dan energi terbarukan, DSSA mengandalkan anak usahanya PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS).
Ke depan, DSSA pun masih bisa bergeliat ekspansi, di mana ekspansi DSSA ke depan akan didorong oleh akuisisi.
"DSSA berada di posisi yang tepat untuk mengejar peluang pertumbuhan anorganik di seluruh infrastruktur digital, ekosistem teknologi, dan industri terkait energi hijau," tulis dalam riset Sucor Sekuritas.
Akan tetapi, DSSA menghadapi sejumlah tantangan di antaranya keterlambatan jadwal untuk aksi korporasinya di masa mendatang dan siklus turun harga batu bara yang berkepanjangan, yang dapat mengakibatkan berkurangnya arus kas dari bisnis lamanya. Selain itu, tantangan bagi DSSA adalah kondisi pasar yang tidak menguntungkan di tengah potensi monetisasi anak usaha.
Sementara itu, CUAN ikut terdongkrak berkat anak usahanya, PT Petrosea Tbk. (PTRO), yang juga masuk ke dalam MSCI Small Cap Index. PTRO agresif menambah kontrak baru, termasuk kontrak jasa penambangan senilai US$1 miliar di konsesi nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) serta diversifikasi ke proyek emas di Papua Nugini lewat akuisisi Grup HBS.
Dengan strategi ekspansi ini, analis memproyeksikan kinerja PTRO dan CUAN akan terdorong oleh kenaikan volume penambangan, diversifikasi mineral, hingga perolehan kontrak jangka panjang. “Meski menghadapi risiko harga batu bara, fokus PTRO pada segmen EPC dan diversifikasi ke mineral emas akan menjadi katalis positif,” tulis riset NH Korindo Sekuritas.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menilai masuknya DSSA dan CUAN ke MSCI berpotensi signifikan dalam menarik dana asing. “Saham yang masuk ke MSCI Global Standard rata-rata mengalami kenaikan volume dan harga menjelang effective date, seiring dengan aksi front-running investor,” ujarnya.
Menurut Liza, kapitalisasi pasar besar, likuiditas, serta eksposur ke energi terbarukan dan infrastruktur digital menjadi kunci lolosnya DSSA dan CUAN. Meski sensitif terhadap volatilitas harga komoditas, keanggotaan MSCI akan memberi tambahan exposure global.
Tantangan
Kendati prospek positif, baik DSSA maupun CUAN tetap menghadapi risiko. DSSA dibayangi fluktuasi harga batu bara yang dapat menekan arus kas dari bisnis lamanya, serta potensi keterlambatan proyek ekspansi. Sementara CUAN menghadapi risiko pelemahan harga komoditas dan kenaikan biaya operasional di tengah proyek ekspansi besar-besaran.
Meski demikian, sentimen indeks global membuat kedua saham ini menjadi magnet baru di Bursa Efek Indonesia. DSSA dengan narasi digitalisasi dan energi hijau, sementara CUAN dengan strategi diversifikasi tambang dan kontrak jangka panjang, membuka ruang bertumbuh lebih besar di radar investor asing.
Sebagai informasi, rebalancing Indeks MSCI akan berlaku efektif pada hari ini, Rabu (27/8/2025), menandai masuknya PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) ke MSCI Global Standard Index. Posisi mereka menggantikan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) yang bergeser ke MSCI Small Cap Index.
Selain ADRO, saham lain yang masuk MSCI Small Cap antara lain PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI), PT MNC Tourism Indonesia Tbk. (KPIG), PTRO, PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU), serta PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG). Sementara itu, saham yang keluar dari MSCI Small Cap Index adalah PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) dan PT Panin Financial Tbk. (PNLF).
______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.