Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Terdongkrak Pertumbuhan Ekonomi 5,12%, Rotasi Saham Jadi Strategi Kunci?

Pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,12% hanya berdampak sementara pada IHSG. Investor disarankan fokus pada sektor konsumer, properti, konstruksi, dan manufaktur ekspor.
Investor mengamati layar pergerakan data saham di Jakarta, Kamis (17/7/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Investor mengamati layar pergerakan data saham di Jakarta, Kamis (17/7/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Ringkasan Berita
  • Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12% pada kuartal II/2025 memberikan dampak positif sementara pada IHSG, namun cepat tergantikan oleh faktor lain seperti earnings dan kebijakan suku bunga.
  • Sektor konsumer, konstruksi, properti, dan manufaktur ekspor menunjukkan kinerja baik, sementara sektor yang bergantung pada belanja pemerintah tertinggal karena konsumsi pemerintah masih negatif.
  • Investor disarankan untuk fokus pada rotasi sektor dan stock picking berdasarkan data forward-looking seperti proyeksi laba dan arah kebijakan, serta memantau potensi perubahan suku bunga.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Data pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12% diperkirakan hanya akan menjadi katalis sementara bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Investor dapat mempertimbangkan beberapa hal untuk strategi investasinya ke depan.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12% pada kuartal II/2025 memberikan sinyal positif. Tetapi, hal ini hanya berdampak sementara ke IHSG.

“Data PDB bersifat lagging, sementara pasar kini fokus pada earnings kuartal II/2025, arah suku bunga BI dan The Fed, serta tensi dagang global. Jadi, sentimen PDB akan cepat tergantikan oleh katalis baru,” ujar Liza, Selasa (5/8/2025).

Liza menuturkan pertumbuhan ekonomi ini secara umum sejalan dengan kinerja keuangan emiten di kuartal II/2025 yang membaik, terutama untuk sektor konsumer, konstruksi dan properti, serta manufaktur dan ekspor.

Liza menjelaskan pertumbuhan sektor konsumer ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,97%, lalu pertumbuhan sektor konstruksi dan properti sejalan dengan lonjakan investasi 6,99%, dan sektor manufaktur dan ekspor yang naik 10,67% didukung oleh industri berbasis ekspor.

Namun, kata Liza, beberapa sektor tetap tertinggal, seperti emiten yang tergantung belanja pemerintah karena konsumsi pemerintah masih negatif 0,33%.

Untuk merespons data ini, Liza menuturkan investor bisa fokus di sektor konsumer, properti, konstruksi, dan manufaktur ekspor.

“Hindari sektor yang tergantung proyek APBN jangka pendek karena saat ini konsumsi pemerintah masih kontraktif, walau kadang ada program dadakan muncul yang spending-nya bisa dialokasikan ke APBN,” ujar Liza.

Dia mencontohkan program tersebut seperti yang berhubungan dengan US trade deal seperti membeli pesawat boeing, impor energi dari AS, proyek hilirisasi atau industrialisasi Danantara. Selain itu, Liza menuturkan memasuki kuartal III dan IV menurutnya terjadi  percepatan belanja APBN.

“Jadi pantau timing-nya untuk kebangkitan sektor infrastruktur, transportasi & energi, perumahan rakyat, alat kesehatan, dan pengadaan barang public, konsumer terkait bansos, industri, logistik, hingga cybersecurity terkait kesepakatan transfer data pribadi ke AS,” ujar Liza.

Liza juga mengingatkan investor untuk mewaspadai potensi moderasi ekspor akibat efek front-loading menjelang tarif AS.

Dia juga menyarankan agar investor memantau arah suku bunga BI. Menurutnya, jika ada pelonggaran lanjutan, maka akan menjadi katalis tambahan untuk sektor yang sensitif dengan suku bunga.

Adapun Liza menuturkan PDB kuartal II/2025 mendukung narasi ekonomi yang resilien, tetapi investor perlu selektif. Menurut Liza, data ini menjadi validasi, tetapi bukan menjadi katalis utama ke depan.

“Strategi terbaik adalah rotasi sektor dan stock picking berdasarkan data forward-looking seperti proyeksi laba dan arah kebijakan,” kata dia.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro