Bisnis.com, JAKARTA - Emiten konglomerasi PT Astra International Tbk. (ASII) telah membukukan laba bersih yang menyusut didorong oleh lesunya bisnis otomotif dan alat berat. Bagaimana kemudian gerak sahamnya ke depan?
Berdasarkan laporan keuangan, ASII telah membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp15,51 triliun pada semester I/2025, turun 2,15% secara tahunan (year on year/yoy). Sementara, laba bersih per saham ASII menjadi Rp395, turun 4% yoy.
“Kinerja Grup pada semester pertama tahun 2025 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, seiring dengan kondisi bisnis yang menantang," kata Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro dalam keterangan tertulis, Rabu (30/7/2025).
Djony menjelaskan bahwa penurunan laba ASII disebabkan oleh lesunya bisnis otomotif dan alat berat. Kontribusi laba terbesar ASII yakni di segmen usaha otomotif menurun 8% yoy menjadi Rp5,3 triliun. Menurutnya, kondisi tersebut mencerminkan volume penjualan yang lebih rendah di tengah pasar otomotif nasional yang lemah.
ASII memang mencatatkan pelemahan penjualan mobilnya pada semester I/2025. Berdasarkan data Astra, penjualan mobil Astra mencapai 201.633 unit per semester I/2025, turun 12,98% yoy dibandingkan penjualan mobil pada semester I/2024 sebanyak 231.734 unit.
Astra juga mencatatkan penurunan penjualan mobil low cost green car (LCGC) 25,86% yoy menjadi 49.797 unit pada semester I/2025, dibandingkan penjualan mobil LCGC pada semester I/2024 sebanyak 67.173 unit.
Baca Juga
Meski begitu, Astra masih mencatatkan dominasi pasar penjualan mobil nasional pada semester I/2025.
"Pangsa pasar mobil Astra sampai dengan Juni 2025 tercatat sebesar 54%. Di tengah tantangan ekonomi yang memengaruhi dinamika pasar dan daya beli konsumen, Astra tetap berharap pemulihan penjualan otomotif nasional dapat terjadi di semester II/2025," ujar Chief of Corporate Affairs Astra Boy Kelana Soebroto dalam keterangan tertulisnya terpisah.
Kemudian, laba bersih dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi lewat PT United Tractors Tbk. (UNTR) juga menurun 15% menjadi Rp5 triliun. Kinerja bisnis jasa penambangan terdampak oleh curah hujan yang tinggi. Sementara bisnis pertambangan batu bara terdampak oleh harga batu bara yang lebih rendah.
Gerak Saham ASII
Seiring dengan kinerja labanya itu, harga saham ASII melemah 0,97% pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (31/7/2025) ke level Rp5.100 per lembar. Harga saham ASII bertahan di zona hijau, menguat 3,03% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Analis Ina Sekuritas Arief Machrus dalam risetnya masih mempertahankan peringkat buy untuk ASII dengan target harga di level Rp5.850 per lembar. Arief menilai harga saham ASII saat ini sebagai titik masuk yang baik.
Dari sisi fundamental, ASII masih mencatatkan laba yang stabil, meskipun menurun, di tengah pasar otomotif yang lemah.
"Bisnisnya yang beragam dari otomotif dan keuangan hingga alat berat, pertambangan, dan agribisnis juga membantu melindungi pendapatan dari risiko ekonomi seperti pelemahan rupiah atau permintaan yang rendah," tulis Arief dalam risetnya.
Analis Maybank Sekuritas Indonesia Paulina Margareta dalam risetnya juga memberikan rekomendasi buy untuk ASII didorong valuasi menarik dan imbal hasil dividen yang dinilai tinggi.
"Meskipun terdapat kekhawatiran seputar pertumbuhan laba dan persaingan mobil, kami yakin portofolio yang terdiversifikasi dan bisnis yang berfokus pada domestik memposisikan ASII sebagai opsi defensif di tengah volatilitas pasar dan risiko perang dagang," tulis Paulina dalam risetnya.
Maybank Sekuritas Indonesia memberikan target harga Rp5.650 per lembar untuk saham ASII.
Namun, terdapat sejumlah risiko pada saham ASII. Salah satu risiko adalah permintaan otomotif yang lebih lemah dari perkiraan. Kemudian, pajak bahan bakar fosil yang lebih tinggi, subsidi bahan bakar yang lebih rendah dan ekspansi agresif oleh produsen kendaraan listrik di Indonesia.
Berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis terbaru menunjukkan bahwa sebanyak 24 sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk ASII. Lalu, sembilan sekuritas menyematkan rekomendasi hold untuk ASII. Target harga saham ASII sendiri berada di level Rp5.523 per lembar dalam 12 bulan ke depan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.