Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (23/7/2025). Rupiah naik ke level Rp16.276 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.03 WIB, rupiah dibuka menguat 0,26% ke level Rp16.276 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,04% ke level 97,43.
Mata uang Asia lainnya dibuka bervariasi hari ini, yen Jepang menguat 0,08%, dolar Hong Kong stagnan, dolar Singapura melemah 0,02%, dolar Taiwan menguat 0,28%, dan won Korea Selatan menguat 0,15% terhadap dolar AS.
Lalu peso Filipina menguat 0,25%, rupee India melemah 0,08%, yuan China stagnan, ringgit Malaysia menguat 0,17%, dan baht Thailand melemah 0,01%.
Melansir Reuters, dolar sebelumnya sempat mengalami tekanan terhadap yen setelah AS mencapai kesepakatan tarif dagang dengan Jepang.
Dalam unggahannya di Truth Social, Donald Trump mengatakan tarif impor dari Jepang ditetapkan sebesar 15%, turun dari tarif 25% yang sebelumnya diperkirakan akan berlaku mulai 1 Agustus. Trump juga menambahkan bahwa negara Asia tersebut akan berinvestasi sebesar $550 miliar di Amerika Serikat.
“Jelas ada nuansa dovish yang tengah memengaruhi pasar saat ini terhadap dolar AS, dan kita juga melihat hal itu terjadi di pasar obligasi,” kata Michael McCarthy, Market Strategist Moomoo Australia.
Sebelumnya, Analis mata uang Ibrahim Assuaibi menerangkan, penguatan rupiah terhadap dolar AS datang dari beragam sentimen. Pada tataran global, Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 30% terhadap sebagian besar barang impor dari blok Uni Eropa.
Selain itu, ketegangan antara The Fed dengan Donald Trump, mengenai potensi penurunan suku bunga, juga menjadi fokus pasar. Ibrahim menilai, probabilitas menunjukkan bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunganya.
Baca Juga : Intip Prospek Pasar Obligasi Saat Rupiah Melemah |
---|
Dari dalam negeri, kondisi ekonomi eksternal cenderung mempengaruhi kinerja perekonomian domestik. Sejumlah perlambatan ekonomi dunia, di negara-negara mitra dagang Indonesia, bakal berdampak pada kinerja ekspor nasional.
Rohit Garg, head of foreign exchange and rates strategy Asia ex-Japan Citigroup Inc., mengatakan rupiah diperkirakan mengalami reli hampir 2% terhadap dolar AS hingga akhir tahun ini.
Namun, dia merekomendasikan pelaku pasar untuk tetap netral sambil memperhatikan apa yang terjadi pada 1 Agustus 2025 saat tarif impor Presiden Amerika Serikat Donald Trump mulai berlaku.
"Tetapi kami tetap melihat rupiah akan lebih rendah, mendekati Rp16.000 daripada lebih tinggi," tuturnya seperti dikutip Bloomberg, Selasa (22/7/2025).
Menurut Garg, apresiasi rupiah beberapa waktu terakhir didukung oleh komitmen pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk menjaga defisit APBN di bawah 3% dan rencana penggunaan SAL untuk menutup defisit APBN. Langkah itu dinilai telah meredakan kekhawatiran investor.