Bisnis.com, JAKARTA — Harga saham anyar PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk. (PMUI) amblas menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) pada hari pertama diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (10/7/2025).
Harga saham emiten konsumer siklikal tersebut kini berada di level Rp153 per saham hingga sesi pertama perdagangan. Posisi ini mencerminkan penurunan sebesar 15% dari harga penawaran umum atau IPO yang mencapai Rp180 per saham.
Hasil itu membuat PMUI menjadi satu-satunya saham IPO yang terperosok ke zona merah. Tiga emiten baru lainnya yakni PT Diastika Biotekindo Tbk. (CHEK) terpantau menguat 34,38%, saham PT Trimitra Trans Persada Tbk. (BLOG) meningkat 24,80%, sementara PT Merry Riana Edukasi Tbk. (MERI) tumbuh 34,38% pada sesi pertama.
Saat ditemui usai seremoni pencatatan perdana, Direktur Utama PMUI Agus Susanto berkelakar bahwa posisi saham keempat emiten IPO tampak seperti pohon Natal.
“Fokus ke harga saya aja tuh. Hijau tiga, merah satu. Sudah kayak pohon Natal,” ujar Agus kepada awak media di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (10/7/2025).
Agus menyampaikan bahwa dirinya tidak mencampuri pergerakan harga saham perusahaan dan menyerahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar.
Namun, dia mengakui ada sentimen yang memengaruhi persepsi investor terhadap saham PMUI. Salah satunya terkait alokasi dana hasil IPO yang dinilai kontroversial.
PMUI tercatat menawarkan 1.16 miliar saham kepada publik dengan harga Rp180 per saham. Alhasil, total dana yang diraih perusahaan dari IPO mencapai Rp208,8 miliar.
Seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO akan dialokasikan PMUI ke dua pos utama. Sekitar 26,76% akan digunakan untuk pembelian tanah dan bangunan milik dirinya. Properti ini berlokasi di Jalan Tuparev No. 87 A, Cirebon, Jawa Barat.
“Ada yang mengatakan saya pakai uang IPO untuk beli rumah pribadi. Padahal itu kan kantor dan tadi juga sudah saya jelaskan tujuannya sebagai aset perusahaan,” tutur Agus.
Sementara itu, sekitar 29,73% digunakan untuk memberikan pinjaman kepada PT Graha Prima Mentari Tbk. (GRPM) dengan suku bunga 9% dan tenor lima tahun.
Pinjaman itu akan digunakan GRPM untuk membeli tanah bersumber mata air guna mendukung pembangunan pabrik air minum dalam kemasan, pelunasan utang pokok kepada Bank Mandiri, pembelian mesin untuk produksi AMDK, serta modal kerja.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.