Bisnis.com, JAKARTA - Grup Barito Pacific milik taipan Prajogo Pangestu gencar melakukan penggalangan dana sepanjang tahun berjalan 2025 untuk mendanai ekspansi usaha hingga refinancing.
PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) memiliki sejumlah anak usaha di pasar modal, yaitu PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) dan PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN).
Daftar itu akan segera bertambah sejalan dengan langkah go public anak usaha TPIA, PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA). Dalam initial public offering (IPO), CDIA berpotensi menggalang dana Rp2,37 triliun.
Dana itu dihimpun CDIA dengan menerbitkan 12,48 miliar saham biasa dengan harga pelaksanaan Rp190 per saham. Periode penawaran umum saham CDIA akan berlangsung pada 2-7 Juli 2025.
Apabila IPO berjalan dengan lancar, CDIA bakal mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia pada 9 Juli 2025.
Presiden Direktur PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) Fransiskus Ruly Aryawan mengatakan CDI Group hadir untuk menjawab kebutuhan infrastuktur yang semakin kompleks dan terintegrasi di tengah pertumbuhan industri nasional dan regional.
Dengan kepemilikan aset strategis dan lokasi yang berada di jantung kawasan industri terbesar di Indonesia, CDIA siap menyediakan solusi infrastruktur yang andal, tangguh dan mendukung transformasi industri masa depan.
“Melalui penawaran umum perdana ini, kami ingin memperkuat posisi sebagai mitra pertumbuhan bagi industri, serta membuka peluang kolaborasi yang mampu mendorong pengembangan jangka panjang dan bernilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (19/5/2025).
Baca Juga : Emiten Prajogo Pangestu, Barito Pacific (BRPT) Raih Penghargaan Bisnis Indonesia Awards 2025 |
---|
Di sisi induk perusahaan, BRPT juga menggelar aksi korporasi untuk menggalang dana segar senilai Rp1 triliun dari pasar modal. Instrumen yang dipilih BRPT ialah obligasi.
Dalam prospektus ringkas yang dipublikasikan Senin (30/6/2025), BRPT menyampaikan penerbitan obligasi ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan obligasi berkelanjutan IV Barito Pacific dengan target dana yang akan dihimpun sebesar Rp3 triliun.
Obligasi BRPT akan diterbitkan dalam dua seri. Pertama, Seri A senilai Rp400 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar Rp8,75% per tahun dan tenor 5 tahun. Kedua, Seri B senilai Rp600 miliar dengan tingkat bunga tetap 9,25% per tahun dan tenor 7 tahun.
BRPT menyampaikan seluruh dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum obligasi ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya oleh BRPT untuk pembayaran pinjaman perseroan, yaitu sebesar Rp700 miliar akan digunakan untuk pembayaran penuh obligasi penawaran umum berkelanjutan III Barito Pacific II Tahun 2023 Seri A.
Kemudian sebesar US$16,75 juta atau sekitar Rp272,2 miliar akan digunakan untuk pembayaran sebagian utang perseroan ke PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) berdasarkan pinjaman BNI.
Sementara itu, anak usaha PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) menandatangani perjanjian fasilitas pembiayaan senilai US$121,1 juta dari Bank DBS dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC).
Direktur & Corporate Secretary BREN Agus Sandy Widyanto mengatakan perjanjian fasilitas berjangka senior yang dijamin ditandatangani pada 19 Juni 2025 antara Star Energy Geothermal Pte. Ltd., Star Energy Geothermal Netherlands B.V., dan Star Energy Geothermal (Salak Darajat) B.V. dengan DBS Bank Ltd. dan SMBC Singapore Branch.
Lebih terperinci, Star Energy Geothermal Pte. Ltd. dan Star Energy Geothermal Netherlands B.V. memperoleh pinjaman fasilitas A dengan jumlah komitmen US$96,1 juta. Sementara itu, Star Energy Geothermal (Salak Darajat) B.V. memperoleh pinjaman fasilitas B dengan jumlah komitmen US$25 juta.
"Tanggal jatuh tempo 5 tahun sejak tanggal perjanjian yaitu pada 18 Juni 2030," tulisnya dalam keterbukaan informasi, Senin (23/6/2025).
Aliran Dana dari SWF ke TPIA
Di sisi lain, proyek pabrik Chlor Alkali – Ethylene Dichloride (CA-EDC) milik PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) berpotensi mendapat suntikan modal dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) dan Indonesia Investment Authority (INA).
Hal ini makin diperkuat dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) untuk menjajaki potensi masuknya Danantara Indonesia dan INA sebagai investor strategis baru untuk mendukung pengembangan bersama pabrik yang merupakan Proyek Strategis Nasional itu.
CIO DanantaraIndonesia Pandu Sjahrir mengatakan kemitraan ini dilakukan untuk mewujudkan industrialisasi hilir sebagai kunci dalam transformasi ekonomi Indonesia sekaligus membuka peluang besar bagi investor yang berpikir ke depan.
“Sebagai bagian dari PSN, kolaborasi ini mendukung pengembangan industri yang skalabel dan mampu mengurangi impor, dengan potensi pertumbuhan jangka panjang,” ujar Pandu dalam keterangan resminya, Selasa (17/6/2025).
Nilai investasi yang akan dikucurkan bersama diperkirakan mencapai US$800 juta atau setara Rp13 triliun. Kemitraan tersebut bertujuan untuk memperkuat kapasitas produksi soda kaustik dan Ethylene Dichloride di dalam negeri.
Kedua produk tersebut merupakan bahan baku penting bagi berbagai industri hilir termasuk pengolahan nikel yang akan mendorong kemandirian industri hilir dan memperkuat sektor manufaktur nasional.
“Sektor kimia memainkan peran penting dalam berbagai rantai nilai—mulai dari manufaktur hingga transisi energi—khususnya dalam pengolahan nikel dan pemurnian alumina,” jelasnya.
Pandu juga melihat investasi ini memperkuat ketahanan nasional dengan mengurangi ketergantungan terhadap impor produk penting, seperti soda kaustik dan Ethylene Dichloride.
“Di Danantara indonesia, kami menyambut baik kemitraan global yang memiliki visi yang sama untuk membangun ekosistem industri yang tangguh dan bernilai tinggi di tengah dinamika ekonomi Asia,” ujar Pandu.