Bisnis, JAKARTA — Kalangan emiten di berbagai sektor industri di Tanah Air tetap optimistis mematok target kinerja yang ambisius pada tahun 2025, meskipun kondisi ekonomi global dan domestik masih sangat menantang.
Perusahaan-perusahaan ini menyiapkan berbagai strategi guna memacu pertumbuhan pendapatan dan laba. (Lihat infografik)
PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), misalnya, membidik target pertumbuhan penjualan sebesar 10% tahun ini. Pendapatan ditargetkan mencapai Rp39,7 triliun, sedangkan laba bersih sebesar Rp3,1 triliun
Direktur Global Marketing Mayora Indah Ricky Afrianto Gunadi mengatakan perseroan menyiapkan tiga strategi utama, mencakup kenaikan harga jual produk merespons lonjakan bahan baku, inovasi berkelanjutan, dan efisiensi.
“[MYOR] memastikan apa pun yang kami lakukan, baik di iklan maupun promosi memiliki efektivitas dan efisiensi yang kami inginkan,” katanya, Selasa (10/6).
Dari sektor batu bara, PT Baramulti Suksessarana Tbk. (BSSR) memperkirakan volume produksi dan penjualan batu bara menurun di 2025. Namun, perseroan menargetkan kenaikan pendapatan sebesar 17,29% dan laba tahun berjalan naik signifikan 43,93% secara tahunan.
Direktur Utama BSSR Widada menyebutkan bahwa perusahaan mengantisipasi fluktuasi harga batu bara dan tekanan geopolitik, tetapi melihat peluang dari peningkatan konsumsi energi di Asia.
Emiten perunggasan PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk. (SIPD) pun optimistis meningkatkan pendapatan pada 2025 menjadi antara Rp5,5 triliun hingga Rp6 triliun. Untuk laba bersih, ditargetkan serupa dengan pencapaian 2024 senilai Rp3,32 miliar.
Direktur SIPD Natanael Yuyun Suryadi mengungkapkan, perseroan masih memantau volatilitas harga ayam hidup dan pakan, serta akan menjaga profitabilitas. SIPD juga akan mengoperasikan pabrik makanan olahan baru secara bertahap untuk mendukung kinerja.
Sementara itu, emiten kelapa sawit PT Jhonlin Agro Raya Tbk. (JARR) membidik penjualan Rp4,46 triliun dan laba bersih Rp312 miliar pada 2025.
Direktur Utama JARR Indra Irawan memaparkan strategi perseroan antara lain mengoptimalkan kapasitas produksi pabrik biodiesel dengan menambah alokasi kuota BBN Biodiesel dari pemerintah, serta meningkatkan penjualan produk minyak goreng.
Di sektor teknologi, PT Metrodata Electronics Tbk. (MTDL) menargetkan pertumbuhan pendapatan 10% pada 2025. Pertumbuhan ini akan didorong oleh bisnis distribusi serta solution and consulting.
“Nah, Metrodata memberikan target pertumbuhan masing-masing 10%. Jadi, baik distribution 10%, solution and consulting 10%,” kata Presiden Direktur MTDL Susanto Djaja.
Emiten ritel PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) menargetkan pertumbuhan pendapatan 7% YoY pada 2025. Target ini dinilai realistis meski lebih rendah dari realisasi 2024.
Corporate Secretary AMRT Tomin Widian menjelaskan, perseroan menyiapkan capex Rp4,5 triliun—Rp5 triliun, mayoritas untuk pembangunan 1.000 toko baru dan perpanjangan izin usaha, serta pembangunan distribution centre.
Selanjutnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) menargetkan pertumbuhan pendapatan dan EBITDA 2025 sejalan dengan proyeksi industri sebesar 1,8%.
Anak usaha Telkom ini mengalokasikan belanja modal senilai Rp5,3 triliun, termasuk untuk pertumbuhan anorganik, serta mengincar penambahan 2.500 tenant dan 10.000 km fiber optik.
Sementara itu, emiten properti dan kawasan industri PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) membidik pertumbuhan laba bersih hingga 20%, dengan pendapatan meningkat 5%. Target ini bertumpu pada pengembangan kawasan industri Subang Smartpolitan.
VP Investor Relations SSIA Erlin Budiman mengungkapkan perseroan menyiapkan belanja modal agresif Rp3,6 triliun, mayoritas untuk Subang dan renovasi Hotel Melia Bali.
Emiten baru, yakni PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH) juga tak kalah optimistis. Perseroan menargetkan lonjakan laba bersih 191% menjadi Rp8,2 miliar pada 2025 pasca-IPO, didorong target pendapatan Rp165 miliar dan strategi renovasi aset. (Dionisio Damara/Annisa Saumi/Rama Paramahamsa/ Hafiyyan/Ana Noviani/Thomas Mola)