Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Nantikan Hasil Pembicaraan Dagang AS-China, Harga Minyak Stabil

Harga minyak mentah stabil pada awal perdagangan di tengah harapan baru bahwa negosiasi AS dan China dapat meredakan ketegangan global.
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah bergerak stabil pada awal perdagangan Senin (9/6/2025) di tengah harapan baru bahwa negosiasi perdagangan Amerika Serikat dan China dapat meredakan ketegangan global yang membebani pasar sepanjang tahun ini.

Melansir Bloomberg, harga minyak patokan Brent untuk pengiriman Agustus tercatat stabil di US$66,42 per barel pada 08.21 waktu Singapura. Adapun minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli diperdagangkan tetap di US$64,53 per barel.

Para perunding dari dua ekonomi terbesar dunia dijadwalkan bertemu di London pada Senin, dengan harapan dapat tercapai terobosan dalam perselisihan yang selama ini mengguncang pasar global.

Sejauh tahun ini, harga minyak di London telah merosot sekitar 11% akibat kekhawatiran bahwa eskalasi perang dagang akan menghambat pertumbuhan ekonomi dunia dan menekan permintaan energi.

Sementara itu, OPEC+ mempercepat laju produksi lebih dari yang diperkirakan, memunculkan risiko kelebihan pasokan pada paruh kedua tahun yang berpotensi menekan harga lebih lanjut.

Meski harga sempat tertekan pada masa jabatan kedua Presiden Donald Trump, volatilitas harga cenderung menurun sejak pertengahan Mei.

Pasar kini menyeimbangkan optimisme atas kemajuan pembicaraan dagang, peningkatan konsumsi musiman selama musim mengemudi di belahan bumi utara, serta ketegangan geopolitik di Iran dan Rusia.

Analis energi utama SDIC Essence Futures Gao Mingyu mengatakan jika pertemuan di Inggris terus memancarkan sinyal optimisme, dampak ekonomi negatif dari perang dagang bisa sedikit teredama,” ujar

”Setelah efek negatif jangka pendek dari lonjakan produksi OPEC+ di bulan Juli dicerna pasar, sentimen makro yang membaik, peningkatan permintaan musiman, dan ketegangan geopolitik memberikan dukungan bagi harga,” tambahnya.

Sejak pertengahan Mei, harga minyak berfluktuasi dalam rentang kurang dari US$4, dengan indeks volatilitas berada di posisi terendah sejak awal April. Sementara itu, selisih kontrak Brent jangka pendek menunjukkan pola backwardation yang makin melebar dalam beberapa pekan terakhir—sebuah sinyal bullish bagi pasar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper