Prospek Emiten Emas
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai kenaikan harga emas global dalam sepekan terakhir dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap defisit fiskal AS dan pencabutan sovereign credit rating oleh Moody’s.
Seiring dengan kebangkitan harga emas, prospek saham-saham pertambangan emas seperti ANTM, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) dalam jangka pendek cukup menjanjikan.
"Emas kembali dilirik sebagai safe haven, dan kondisi ini secara historis cukup mendukung pergerakan harga saham emiten tambang emas, terutama yang punya eksposur besar ke logam mulia seperti ANTM dan MDKA," ujar Miftahul Khaer, Jumat (23/5/2025).
Adapun, harga sejumlah saham tambang emas mencatatkan penguatan dalam sepekan perdagangan terakhir. Harga saham ANTM naik 18,56% dalam sepekan ke level Rp3.130 per lembar pada perdagangan hari ini, Jumat (23/5/2025).
Kemudian, harga saham BRMS naik 6,67% dalam sepekan ke level Rp384 per lembar. Lalu, harga saham MDKA naik 5,43% dalam sepekan ke level Rp2.040 per lembar.
"Dalam jangka pendek, ini [kebangkitan harga emas] bisa memberi ruang bagi penguatan, terutama jika momentum harga emas masih berlanjut," ujar Miftahul Khaer.
Baca Juga
Namun, di sisi lain dia menilai bahwa tantangan tetap ada, terutama dari sisi biaya produksi yang meningkat dan kebutuhan investasi untuk ekspansi atau perpanjangan umur tambang.
Misalnya, BRMS masih cukup sensitif terhadap beban bunga dan risiko eksekusi proyek yang masih dalam tahap pengembangan. Selain itu, faktor teknikal seperti target harga setelah reli harga dan rotasi sektor juga bisa menekan pergerakan saham emas, meskipun harga emas dunia sedang bullish.
"Untuk jangka panjang, kami menilai emiten seperti ANTM dan MDKA punya potensi lebih kuat karena strategi hilirisasi dan diversifikasi ke logam lain seperti nikel dan tembaga. Ini bisa menjadi buffer jika harga emas mulai korektif," kata Miftahul Khaer.
Sementara BRMS bisa menarik jika berhasil meningkatkan produksi secara konsisten dan menyelesaikan proyek ekspansi tepat waktu.
Menurutnya, meskipun outlook saham emiten-emiten tambang emas itu positif, investor tetap perlu mencermati risiko operasional dan sentimen makro.
Analis PT Indo Premier Sekuritas Ryan Winipta dan Reggie Parengkuan menilai reli harga emas telah didorong oleh kekhawatiran atas kemampuan AS untuk membiayai kembali utangnya, yang menyebabkan korelasi pemisahan antara harga emas dan yield 10 tahun AS.
Selain itu, harga emas terdorong oleh pembelian bank sentral, dan yang terbaru, arus masuk dari ETF emas.
Dalam risetnya, analis Indo Premier Sekuritas menilai harga emas ke depan juga mampu terdongkrak, terutama setelah pembicaraan tentang pagu utang AS. Penggerak utama lainnya adalah pada CPI AS, dan seberapa persisten inflasi di AS, terutama setelah beberapa tarif timbal balik berlaku.
"Menurut pandangan kami, hal ini akan berdampak positif pada harga emas karena kekhawatiran terhadap stagflasi mungkin akan muncul kembali," tulis Ryan Winipta dan Reggie Parengkuan dalam risetnya pada beberapa waktu lalu.
Harga emas itu pun kemudian mampu mendorong sejumlah saham emiten seperti ANTM, MDKA, hingga PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA).
ANTM mendapatkan dorongan dari arus masuk asing. Tercatat, nilai beli bersih atau net buy asing di saham ANTM mencapai Rp881 miliar.
"Kami pikir arus masuk ke ANTM ini meniru pergerakan harga emas, dan dengan demikian penurunan harga emas dalam jangka pendek karena meredanya ketegangan geopolitik telah menyebabkan aksi ambil untung di ANTM," tulis Ryan Winipta dan Reggie.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.