Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian BUMN berencana menambah jumlah armada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) melalui pembelian pesawat Boeing.
Rencana itu merupakan salah satu langkah strategis untuk merespons sejumlah permintaan yang diajukan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) terkait dengan keseimbangan perdagangan dan investasi bilateral.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan penambahan pesawat dinilai penting untuk meningkatkan layanan penerbangan domestik.
“Tentu ini yang mau kami lihat seperti apa pengadaan-pengadaan yang bisa mereka deliver, dan ini yang kami harapkan juga untuk bisa mengisi daripada penambahan pesawat yang ada di Garuda,” ujarnya dalam rapat kerja Komisi VI DPR dengan Menteri Perdagangan dan Menteri BUMN, dikutip Rabu (21/5/2025).
Erick menuturkan bahwa sebelumnya Indonesia telah memiliki kontrak kerja sama pengadaan pesawat dengan Boeing. Namun, kontrak itu tidak dilanjutkan menyusul insiden kecelakaan yang melibatkan salah satu tipe pesawat buatan Boeing.
“Kami memang sudah punya kontrak dulu, tetapi pernah ada kejadian yang kurang baik. Kalau bapak dan ibu ingat, ada kecelakaan pesawat dulu, nah di situlah kami tidak melaksanakan daripada perjanjian tersebut,” pungkasnya.
Setelah melalui perbaikan sistem dan peningkatan teknologi, serta mendapatkan persetujuan dari berbagai otoritas penerbangan internasional, Boeing saat ini disebut telah memenuhi standar kelayakan yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, Erick menuturkan bahwa Kementerian BUMN akan kembali menyampaikan kebutuhan armada kepada Boeing melalui penyusunan kontrak baru, tetapi dengan kebutuhan jumlah pesawat yang sama seperti perjanjian sebelumnya.
“Kami kemarin memasukkan lagi kebutuhan pesawat ini kepada mereka [Boeing], tetapi bukan kontrak lama, kontrak yang baru dengan jumlah yang sama,” ucapnya.