Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan saham PT Astra International Tbk. (ASII) terpantau masih loyo seiring dengan kinerja segmen otomotif yang melesu. Kendati demikian, manajemen ASII memutuskan untuk membagikan dividen dalam waktu dekat.
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham ASII melemah 1,04% ke level Rp4.780 kemarin, Kamis (8/5/2025). Sejak awal tahun, saham ASII terkoreksi 1,43% ytd.
Berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), perseroan memutuskan untuk membagikan dividen tunai total sebesar Rp16,43 triliun atau setara Rp406 per saham dari laba bersih tahun buku 2024.
Jumlah tersebut mencakup dividen interim sebesar Rp98 per saham yang telah dibayarkan pada 31 Oktober 2024. Alhasil, dividen final tahun buku 2024 yang akan dibayarkan adalah senilai Rp308 per saham.
Dengan harga saham saat ini sebesar Rp4.780 per lembar saat ini, maka potensi dividend yield yang akan diterima pemegang saham ASII mencapai 6,44%.
Lebih lanjut, rasio tebaran dividen Astra itu mencapai 48%. Rasio pembayaran dividen ini dinilai mencerminkan kembalinya persentase rasio pembayaran dividen ke tingkat yang konsisten dengan rasio sebelum distribusi dividen yang lebih tinggi pada 2022 dan 2023.
Namun, total tebaran dividen per saham Astra tahun buku 2024 sendiri lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya atau tahun buku 2023, Rp519 per saham.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan tebaran dividen ASII memang telah dinanti oleh investor. Namun, saat ini saham ASII mengalami profit taking yang wajar karena indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali ke zona negatif.
Di sisi lain, saham ASII juga tertekan oleh kinerja kurang memuaskan pada kuartal I/2025. Berdasarkan laporan keuangan, ASII mencatatkan laba bersih sebesar Rp6,93 triliun per kuartal I/2025, menyusut 7,12% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,46 triliun pada kuartal I/2024.
Meski begitu, ASII mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih 2,64% yoy menjadi sebesar Rp83,36 triliun per kuartal I/2025, dari Rp81,2 triliun pada kuartal I/2024.
"Headwind terjadi di saham ASII, sentimennya berupa penurunan kinerja penjualan kendaraan khususnya. Wajar, karena suku bunga relatif tinggi," ujar Nafan kepada Bisnis pada Kamis (8/5/2025).
Alhasil, menurutnya ke depan saham ASII berharap akan penurunan suku bunga acuan yang dinilai bisa mendorong permintaan kredit kendaraan.
Dia masih merekomendasikan accumulative buy untuk saham ASII dengan target harga di level Rp5.575 per lembar untuk jangka panjang.
Analis Maybank Sekuritas Paulina Margareta juga menilai prospek saham ASII dalam jangka pendek akan didorong valuasi dan momentum tebaran dividen yang menarik. Ke depannya, saham ASII masih prospektif terdorong oleh portofolio yang terdiversifikasi, terutama di tengah depresiasi rupiah.
"Namun, data otomotif secara keseluruhan lesu dan ada kekhawatiran pangsa pasar ASII dapat membebani harga saham dalam waktu dekat, meskipun valuasi dan imbal hasil yang terpukul seharusnya memberikan penyangga," tulis Paulina dalam riset.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.