Bisnis.com, JAKARTA – Sentimen penghindaran risiko kembali mendominasi Wall Street menjelang keputusan suku bunga The Fed.
Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada Selasa (6/5/2025) setelah komentar tarif dari Presiden Donald Trump gagal menenangkan kecemasan soal dampak ekonomi dari perang dagang yang terus bergulir.
Melansir Bloomberg, Rabu (7/5/2025), indeks S&P 500 ditutup melemah 0,8%, Nasdaq 100 turun 0,9%, dan Dow Jones juga melemah 0,9%.
Indeks S&P 500 sempat mendekati posisi impas namun akhirnya tergelincir hampir 1%. Trump menyatakan akan menetapkan besar tarif dan memberikan pengecualian bagi mitra dagang yang bersedia memenuhi syarat tertentu, menandakan pendekatan yang lebih koersif ketimbang negosiasi timbal balik.
Kecemasan atas kebijakan perdagangan mendorong investor memburu obligasi, yang juga terbantu oleh hasil kuat dari lelang obligasi pemerintah AS senilai US$42 miliar untuk tenor 10 tahun.
Di tengah ketidakpastian, investor mengabaikan pernyataan Menteri Keuangan Scott Bessent yang menyebut negosiasi perdagangan dengan beberapa negara mitra berlangsung baik. Pasar menganggap belum ada kemajuan berarti.
Baca Juga
Hanya sehari jelang pengumuman The Fed, mayoritas pelaku pasar memperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga. Meski Trump terus menekan agar dilakukan pemangkasan, The Fed lebih memilih menunggu data ekonomi hasil dari kebijakan tarif yang diberlakukan bulan lalu.
“Jika para pelaku pasar berharap The Fed akan menjadi penyelamat dan menenangkan lonjakan ketidakpastian kebijakan dengan sinyal dovish yang jelas, mereka sebaiknya berpikir ulang,” ujar Thierry Wizman dari Macquarie.
Di sesi perdagangan setelah jam reguler, saham Marvell Technology Inc. merosot setelah memangkas proyeksi pendapatan dan menunda pertemuan investor karena kondisi ekonomi yang dinilai "tidak pasti".
Rivian Automotive Inc. mengumumkan revisi proyeksi pengiriman kendaraan yang lebih buruk dari estimasi awal. Super Micro Computer Inc. juga melaporkan prospek yang mengecewakan, sementara Advanced Micro Devices Inc. justru tampil optimis.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun lima basis poin menjadi 4,29%, sedangkan Bloomberg Dollar Spot Index melemah 0,3%.
Di tengah reli historis pasar saham, analis Goldman Sachs menyebut valuasi saat ini menyisakan ruang yang sangat sempit untuk kenaikan lanjutan.
Analis JPMorgan menyarankan investor tak berlindung di aset AS, sementara Max Kettner dari HSBC tetap berhati-hati karena “fundamental pasar masih lemah.”
Analis Pepperstone Michael Brown mengatakan pasar saham yang terlalu percaya diri menghadapi ketidakpastian dagang yang belum reda, serta risiko ekonomi yang besar dan belum dihargai secara memadai.
“Saya masih memilih beli emas saat harga melemah dan jual dolar saat menguat,” jelasnya.