Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Bullish Masih Dominan, Intip Target Terbaru Harga Emas 2025

Analis Dupoin Indonesia meramal harga emas bisa menembus level US$3.250 per ons dalam jangka pendek.
Seorang pekerja mengangkat emas batangan dari mesin konveyor di pabrik Rand Refinery Ltd. di Germiston, Afrika Selatan. Bloomberg/Waldo Swiegers
Seorang pekerja mengangkat emas batangan dari mesin konveyor di pabrik Rand Refinery Ltd. di Germiston, Afrika Selatan. Bloomberg/Waldo Swiegers

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas masih diproyeksikan dalam tren menguat atau bullish didorong oleh sejumlah faktor. Target terdekatnya, harga emas dunia bisa menyentuh US$3.250 per ons.

Setelah mencetak rekor tertinggi baru di level US$3.245 per ons, harga emas memang terkoreksi dan memasuki fase konsolidasi yang membawa harga mendekati US$3.200. Pada hari ini, Selasa (15/4/2025), harga emas diperdagangkan di sekitar US$3.208, melemah sekitar 1% dibandingkan hari sebelumnya.

Di Indonesia sendiri per tanggal 15 April 2025, harga emas Antam terpantau stabil atau tidak berubah di angka Rp1.896.000 per gram.

Analis pasar dari Dupoin Indonesia, Andy Nugraha mengatakan bahwa secara teknikal, tren bullish pada emas masih tetap dominan. Berdasarkan pengamatan terhadap pola candlestick serta indikator moving average saat ini, peluang penguatan harga masih sangat terbuka.

"Selama harga emas dunia mampu bertahan di atas support psikologis US$3.200, maka harga memiliki potensi untuk naik ke level US$3.250 dalam jangka pendek,” ujarnya dalam keterangan tertulis pada Selasa (15/4/2025).

Namun, Andy menambahkan bahwa jika terjadi reversal dan harga tidak mampu mempertahankan momentum naiknya, maka target koreksi terdekat berada di area US$3.193. Level ini dianggap sebagai batas bawah konsolidasi saat ini dan dapat menjadi titik pantul apabila tekanan jual meningkat.

Terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan harga emas. Kekhawatiran akan resesi ekonomi di AS serta meningkatnya ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga secara agresif menjadi pemicu utama kenaikan harga logam mulia.

Pelaku pasar saat ini memperkirakan penurunan suku bunga The Fed hingga 90 basis poin sebelum akhir 2025. Kondisi tersebut menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kenaikan harga emas sebagai aset tanpa imbal hasil.

Di sisi lain, meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China juga mendongkrak permintaan terhadap aset safe haven.

Pemerintah China telah menaikkan tarif tambahan terhadap produk AS dari 84% menjadi 125% sebagai balasan atas kebijakan perdagangan AS.

Meski Presiden AS Donald Trump sempat memberikan pengecualian untuk beberapa produk teknologi seperti smartphone dan laptop, ketidakpastian masih tinggi karena akan ada tarif baru terhadap sektor semikonduktor dalam waktu dekat.

Sebelumnya, Dilansir Reuters, Goldman Sachs juga menaikkan perkiraan harga emas akhir 2025 menjadi US$3.700 per ons dari US$3.300, dengan kisaran proyeksi US$3.650-US$3.950. Salah satu alasannya yakni karena permintaan yang lebih kuat dari yang diharapkan bank sentral dan arus masuk dana yang diperdagangkan di bursa yang lebih tinggi karena risiko resesi.

"Jika resesi terjadi, arus masuk ETF dapat meningkat lebih jauh dan mengangkat harga emas menjadi US$3.880 per troy ounce (toz) pada akhir tahun," tulis Goldman Sachs dilansir dari Reuters.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper