Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyiapkan langkah-langkah antisipasi seiring dengan kekhawatiran jatuhnya pasar saham Indonesia yang tertekan sentimen tarif impor AS. Salah satu langkah adalah mendorong masuknya investor institusional, seperti dana pensiun (Dapen) hingga perusahaan asuransi BUMN ke pasar saham.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada pembukaan perdagangan kembali setelah libur Lebaran, pasar saham Indonesia bergerak fluktuatif. IHSG ditutup jeblok 7,9% menuju posisi 5.996,1 pada penutupan perdagangan Selasa (8/4/2025).
IHSG bahkan sempat anjlok 9,19% ke level 5.912,06 setelah pembukaan kembali pasca libur Lebaran. BEI pun mengumumkan pembekuan sementara perdagangan saham atau trading halt.
Keesokan harinya, Rabu (9/4/2025), IHSG pun masih ditutup lesu, turun 0,47%. Meskipun, pada Kamis (10/4/2025), IHSG ditutup menguat 4,79% ke level 6.254,02. Namun, IHSG masih di zona merah, melorot 11,67% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Dana asing pun keluar dari pasar saham Indonesia. Tercatat, nilai jual asing atau net sell asing sebesar Rp35,64 triliun ytd atau sejak perdagangan perdana 2025 hingga kemarin.
Laju lesu pasar saham Indonesia terjadi seiring dengan kekhawatiran perang dagang yang dipicu oleh tarik ulur kebijakan tarif impor AS. Sebagaimana diketahui, tarif impor AS telah resmi diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada Rabu (2/4/2025), waktu setempat.
Baca Juga
Seluruh negara diganjar tarif impor 10%, sedangkan beberapa negara turut dikenakan tarif resiprokal (reciprocal tariffs) lebih tinggi berdasarkan hambatan perdagangan dengan AS.
Meskipun, kini Trump telah menunda pemberlakukan skema tarif impor timbal balik (reciprocal tariff) selama 90 hari sebagai tanggapan atas pendekatan dari puluhan negara. Trump juga menaikkan pungutan impor China menjadi 125%.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan atas risiko perang dagang terhadap industri keuangan di Indonesia, OJK secara proaktif menindaklanjutinya lewat berbagai langkah.
OJK misalnya melakukan pembahasan bersama dengan kementerian dan lembaga, serta industri atau sektor-sektor yang terkena dampak dari kebijakan tarif resiprokal atau punya potensi risiko terkena.
"Tanpa menunggu hasil tiga bulan [jeda waktu penerapan tarif Trump], kami siapkan langkah kebijakan bersama sektor-sektor terkena, kalau mau dikatakan first round effect," ujar Mahendra dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK pada Jumat (11/4/2025).
Untuk industri pasar modal, OJK pun menyiapkan langkah-langkah. OJK misalnya telah mengeluarkan kebijakan yang memperbolehkan buyback tanpa rapat umum pemegang saham (RUPS). Terdapat pula kebijakan penyesuaian terhadap ketentuan auto-rejection bawah (ARB) dan trading halt.
Selain itu, OJK pun ancang-ancang langkah lain. "Yang juga kami ingin dorong adalah penguatan investasi domestik di pasar modal, khususnya oleh investor institusional, termasuk di dalamnya dari lembaga jasa keuangan milik pemerintah atau BUMN," ujar Mahendra.
OJK kemudian berkoordinasi dengan Danantara sebagai superholding BUMN. "Untuk mendorong kemungkinan lebih besar lagi bagi lembaga jasa keuangan yang di bawah Danantara, investasi di pasar modal," ujar Mahendra.
Pembicaraan dengan Danantara menurutnya sudah dilakukan. Berbagai hal yang akan dan telah dilakukan diharapkan membuahkan hasil-hasil yang lebih konkret bagi pendalaman sektor keuangan yang diinginkan.