Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kapitalisasi Bursa AS Melonjak US$4 Triliun usai Trump Tunda Tarif, Masih Tekor

Kapitalisasi Wall Street melesat tajam setelah Presiden Donald Trump memutuskan menunda pemberlakuan sebagian besar tarif impornya selama 90 hari.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham Amerika Serikat melesat tajam dan mencatatkan kenaikan harian terbesar sejak 2008 setelah Presiden Donald Trump memutuskan menunda pemberlakuan sebagian besar tarif impornya selama 90 hari.

Indeks S&P 500 melonjak 9,5%—kenaikan harian tertajam dalam 16 tahun terakhir. Nasdaq melesat 12,2% dalam reli satu hari terbesar sejak Januari 2001, sementara Dow Jones melonjak hampir 3.000 poin atau 7,87% ke level tertinggi baru.

Kapitalisasi saham indeks S&P 500 juga melonjak US$4 triliun imbas penundaan tarif Trump. Namun masih belum kembali ke level kapitalisasi awal sebelum Wall Street kehilangan US$6 triliun hanya dalam dua hari setelah Trump mengumumkan tarif timbal balik.

Seluruh 11 sektor utama dalam indeks S&P 500 kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau, dipimpin sektor teknologi yang melesat 14,15%. Di sisi lain, sektor utilitas yang bersifat defensif menjadi kelompok dengan kenaikan paling kecil, hanya naik 3,91%.

Raksasa teknologi menjadi motor penggerak reli pasar. Saham Nvidia terbang 18,7%, sementara Apple menanjak 15,3%, memberikan dorongan signifikan pada indeks.

Sektor otomotif mencetak sejarah. Indeks S&P 500 Auto melonjak 20,95%, menandai lonjakan harian terbesar sejak indeks ini dibentuk.

Langkah Trump diumumkan di tengah hari setelah gejolak pasar akibat rencana kenaikan tarif hingga level yang belum pernah terlihat selama lebih dari satu abad. Obligasi AS dan dolar sempat tertekan, namun pulih usai kabar jeda tarif diumumkan.

Trump menyatakan bahwa sebagian besar negara akan diberi keringanan berupa tarif resiprokal 10% selama 90 hari, meski tarif atas barang-barang dari Tiongkok tetap dinaikkan hingga 125%. Pernyataan itu membawa angin segar ke pasar keuangan.

Presiden Bolvin Wealth Management Group Gina Bolvin mengatakan ini adalah titik balik yang ditunggu-tunggu pasar.

“Pengumuman ini datang tepat saat musim laporan keuangan dimulai, menambah momentum positif,” jelasnya.

Meski demikian, para pelaku pasar masih dibayangi ketidakpastian setelah periode 90 hari berakhir. Risiko volatilitas tetap tinggi.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik menjadi 4,328%, setelah sempat menyentuh 4,515%—level tertinggi sejak Februari. Permintaan tinggi dalam lelang siang hari membantu memangkas tekanan di pasar obligasi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper