Bisnis.com, JAKARTA — Laju indeks harga saham gabungan (IHSG) terpantau melambat di sepanjang kuartal I/2025. Analis pun merekomendasikan saham-saham dengan volatilitas rendah untuk diakumulasikan pada kuartal II/2025.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup menguat sebesar 0,59% atau 38,26 poin ke posisi 6.510,62 saat penutupan Kamis (27/3/2025). Sejak awal tahun (year-to-date), IHSG anjlok -8.04% dan menjadikannya sebagai salah satu indeks komposit dengan performa terburuk di kawasan Asia Pasifik.
Penurunan IHSG sejak awal tahun membuat valuasi saham di pasar saat ini menjadi murah. Kendati demikian, investor tetap disarankan untuk fokus pada saham-saham berkualitas dengan volatilitas rendah dalam strategi investasi pada kuartal II/2025.
Analis BRI Danareksa Erindra Krisnawan dan Wilastita Muthia Sofi mengatakan terdapat sejumlah saham yang diproyeksikan memiliki volatilitas rendah pada kuartal II/2025.
Keduanya merekomendasikan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan target harga Rp11.900, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) di Rp14.000, serta saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) di Rp110.
Sementara itu, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) juga direkomendasikan dengan target Rp2.900 dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) di Rp1.500.
Baca Juga
BRI Danareksa Sekuritas juga memangkas target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi 7.350 pada 2025, atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 7.850. Penyesuaian tersebut dilakukan seiring dengan prospek melambatnya pertumbuhan ekonomi, serta kinerja emiten yang berada di bawah ekspektasi.
Menurut Erindra dan Muthia, minimnya katalis pertumbuhan membuat laba per saham (earnings per share/EPS) diperkirakan melemah pada kuartal II/2025. Akibatnya, estimasi pertumbuhan EPS tahun ini dipangkas dari 6,5% menjadi 4,5%.
“Dengan mempertimbangkan revisi estimasi pertumbuhan EPS dan ekspektasi pertumbuhan yang lebih konservatif, kami menyesuaikan target IHSG akhir 2025 menjadi 7.350,” ujarnya dalam riset yang dikutip pada Minggu (30/3/2025).
Keduanya menuturkan bahwa saat ini IHSG diperdagangkan pada price earnings ratio (PER) 11,4 kali dengan spread imbal hasil sebesar 154 bps dibandingkan dengan yield obligasi 10 tahun, level terlebar sejak Juni 2012.
Di sisi lain, meskipun kondisi pasar mengingatkan pada situasi tahun 2015, ketika pertumbuhan ekonomi dan EPS melambat serta defisit fiskal melebar, masih terdapat faktor positif berupa neraca perdagangan Indonesia yang lebih kuat.
Selain itu, kepemilikan asing di pasar saham yang kini sebesar 17% juga masih lebih tinggi dibandingkan level terendah 2020-2021 yang mencapai 12%.
Namun, pengumuman terbaru terkait manajemen Danantara dan perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diharapkan mampu meningkatkan sentimen pasar.
“Kami memperkirakan IHSG akan bergerak dalam kisaran 5.900–6.700 pada kuartal II/2025, karena sebagian besar skenario pesimistis telah diperhitungkan, meskipun risiko masih ada akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.