Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank BUMN Panen Dividen, Danantara Ketiban Durian Runtuh?

Deretan bank jumbo BUMN telah menggelar RUPST dan memutuskan untuk menebar dividen tebal hingga menggelar buyback, Danantara ikut ketiban berkah?
Karyawati melintas di dekat layar pergerakan saham di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (10/2/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,40% atau 94,43 poin ke level 6.648,14 pada perdagangan Senin (10/2/2025). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati melintas di dekat layar pergerakan saham di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (10/2/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,40% atau 94,43 poin ke level 6.648,14 pada perdagangan Senin (10/2/2025). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Deretan bank jumbo pelat merah atau BUMN telah menggelar rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dan memutuskan untuk menebar dividen tebal hingga menggelar buyback. Seiring dengan keputusan RUPST itu, saham deretan bank jumbo pelat merah pun menggeliat.

Terbaru, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) memutuskan untuk menebar dividen senilai Rp13,95 triliun dalam RUPST yang digelar pada hari ini, Rabu (26/3/2025). Nilai dividen tahun buku 2024 yang ditebar BNI setara dengan Rp374,05 per saham.

BNI sendiri telah meraup laba bersih Rp21,46 triliun pada 2024, sehingga total dividen itu setara dengan 65% dari laba perseroan.

Sebelumnya, RUPST PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) memutuskan akan membagikan dividen dari laba bersih tahun buku 2024 senilai Rp51,74 triliun atau Rp343,40 per saham. Laba bersih BRI sepanjang tahun lalu mencapai Rp60,64 triliun. Jika dibandingkan dengan laba bersih 2024, maka besaran rasio dividen sebesar 85,32%.

Kemudian, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memutuskan membagikan dividen senilai Rp43,5 triliun atau Rp466,18 per saham. Jika dibandingkan dengan laba bersih sepanjang tahun lalu yang senilai Rp55,78 triliun, besaran dividen tersebut setara dengan 78% laba perseroan.

RUPST BMRI, BBRI, dan BBNI pun memutuskan gelaran pembelian kembali atau buyback saham. BMRI akan buyback saham sebesar-sebesarnya Rp1,17 triliun.

BBNI mengalokasikan Rp1,5 triliun untuk buyback saham. Lalu, BBRI menyiapkan dana Rp3 triliun untuk buyback saham.

Selain itu, RUPST BMRI, BBRI, dan BBNI memutuskan perubahan jajaran kepengurusan. Di pucuk pimpinan kemudian muncul nama-nama baru, seperti Hery Gunardi yang akan menjadi Direktur Utama BRI menggantikan Sunarso. Lalu, Putrama Wahju Setyawan ditunjuk sebagai Direktur Utama BNI baru menggantikan Royke Tumilaar.

Seiring dengan momen RUPST bersama ragam keputusannya itu, harga saham bank jumbo pelat merah menggeliat. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham BBNI menguat 8,97% ke level Rp4.250 pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (26/3/2025). Meskipun, harga saham BBNI masih turun 2,3% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).

Harga saham BMRI pun naik 8,65% ke level Rp5.150 pada penutupan perdagangan hari ini. Meskipun, harga saham BMRI masih lesu, turun 9,65% ytd.

Saham BBRI juga menguat 5,26% ke level Rp4.000 per lembar pada hari ini. Walau begitu, harga saham BBRI masih lesu, turun 1,96% ytd.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai penguatan deretan saham bank jumbo BUMN hari ini terdorong oleh gelaran RUPST. Penguatan harga saham bank jumbo BUMN pun mampu mendongkrak kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG).

Tercatat, IHSG menguat 3,8% ke level 6.472,36 pada perdagangan hari ini. Meskipun, IHSG masih di zona merah, melemah 8,58% ytd.

"Penguatan IHSG masih ditopang oleh big bank di tengah gelaran RUPST yang disambut positif oleh market seiring adanya keputusan pembagian dividen dan aksi buyback saham oleh emiten big bank BBRI, BMRI, dan BBNI," kata Felix, Rabu (26/3/2025).

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani menilai dividen yang dibagikan emiten perbankan BUMN terbilang memiliki imbal hasil besar seperti contoh BMRI yang memiliki yield dividend mencapai 10% dari harga kemarin, Selasa (25/3/2025).

"Hal ini akan memberikan daya tarik dan demand akan saham-saham perbankan BUMN pun akan meningkat serta dalam jangka pendek market berpotensi untuk merespons positif hal tersebut," ujar Dimas, Rabu (26/3/2025).

Untuk perombakan jajaran pengurus, Dimas menilai pasar tidak terlalu merespon banyak. Sebab, pergantian pengurus yang terjadi relatif hanya bersifat rotasi saja.

Untuk buyback, menurutnya secara jangka menengah faktor valuasi perusahaan akan lebih dipengaruhi oleh kinerja bisnisnya dibanding faktor aksi korporasi.

"Artinya, pasar akan lebih merespons positif saham perusahaan tersebut ketika fundamental bisnis menunjukan pertumbuhan. Sedangkan corporate action yang berhubungan dengan nilai saham akan lebih relevan untuk pergerakan atau sentimen jangka pendek," tutur Dimas.

Terlebih, Dimas menilai buyback dan dividen besar hanya berdampak sesaat di pasar. Terdapat tantangan ke depan yakni kekhawatiran soal keberlanjutan nilai bagi pemegang saham. Apalagi, bank-bank BUMN jelas tengah mengeluhkan keterbatasan likuiditas selama ini.

"Jadi seharusnya dengan dividen dan buyback akan semakin memberikan tantangan dalam hal likuditas bagi emiten perbankan BUMN," tutur Dimas. Ditambah, peningkatan risiko kredit di tengah ekonomi yang menantang tahun ini juga menuntut kesiapan modal lebih tinggi.

Danantara Ikut Ketiban Berkah?

Sebelumnya, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) menggenggam portofolio aset saham 13 emiten BUMN senilai total Rp761,8 triliun melalui perusahaan Holding Operasional PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) atau BKI.

Pada 22 Maret 2025, pemerintah resmi mengalihkan saham mayoritas di 13 BUMN berstatus perusahaan terbuka dari Negara RI ke PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) atau BKI sebagai bagian dari pembentukan Holding Operasional Danantara.

Pengalihan itu merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 15/2025 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Biro Klasifikasi Indonesia untuk pendirian Holding Operasional. 

PP tersebut merupakan turunan dari Undang-Undang No. 1/2025 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No. 19/2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara RI melalui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

Pengalihan saham dengan skema inbreng kepada BKI dilaporkan manajemen 13 emiten BUMN melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada Senin (24/3/2025). 

Adapun, 13 BUMN itu termasuk empat emiten bank BUMN yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN).

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper