Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (26/3/2025) ke level Rp16.609,5 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 0,01% atau 2 poin ke level Rp16.609,5. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 0,03% ke level 104,21.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang Asia mengalami penguatan. Dolar Taiwan misalnya menguat 0,02% dan ringgit Malaysia menguat 0,26%.
Sementara, mata uang Asia lainnya mencatatkan pelemahan. Yen Jepang misalnya melemah 0,11%, dolar Singapura melemah 0,04%, peso Filipina misalnya melemah 0,07%, won Korea Selatan melemah 0,08%, serta yuan China melemah 0,5%.
Meski begitu, pada perdagangan sebelumnya, Selasa (25/3/2025), rupiah ditutup melemah 0,27% atau 44 poin ke posisi Rp16.611 per dolar AS. Rupiah juga sempat ambrol ke level Rp16.642 per dolar AS pada perdagangan kemarin, yang merupakan level terlemahnya sejak krisis keuangan pada Juni 1998.
Adapun, rupiah memang telah merosot lebih dari 3% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), menjadikannya salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di pasar negara berkembang.
Pelemahan nilai tukar rupiah terjadi sejak akhir tahun lalu, terutama karena pasar Indonesia kehilangan daya tariknya di mata investor global. Kondisi ini didorong oleh kekhawatiran atas langkah-langkah ekonomi Presiden RI Prabowo Subianto serta kekhawatiran perluasan peran militer dalam masyarakat sipil.
Langkah-langkah kebijakan populis Prabowo sejak dilantik pada Oktober 2024 termasuk program makan bergizi gratis yang menyedot anggaran hingga US$30 miliar per tahun. Terbaru, APBN defisit mendekati batas ketentuan yakni 3% dari produk domestik bruto (PDB).
"Kekhawatiran fiskal kemungkinan akan membebani mata uang," kata Currency Strategist Bank of Singapore Moh Siong Sim dilansir Bloomberg pada Selasa (25/3/2025).
Gerak rupiah pun dipengaruhi sentimen global seperti kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Ia memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan terus mengekang volatilitas rupiah yang berlebihan menjelang pengumuman tarif yang mungkin akan dilakukan Trump pada 2 April 2025.