Bisnis.com, JAKARTA — Sepekan jelang libur Lebaran, terdapat optimisme pemulihan pasar saham Indonesia. Mampukah pemulihan pasar kali ini mengompensasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah rontok dalam beberapa pekan terakhir?
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ambles sebesar 3,95% dalam sepekan perdagangan 17-21 Maret 2025. IHSG pun terparkir di level 6.258,17 pada akhir perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (21/3/2025).
Awal pekan ini, Senin (24/3/2025), IHSG ditutup turun 1,55% ke level 6.162,22. Sehingga, pelemahan indeks sejak awal tahun mencapai 12,98% ytd.
IHSG sempat terjun 6,12% ke level 6.076,08 pada sesi I perdagangan pekan lalu, Selasa (18/3/2025). Hal itu memicu BEI melakukan pembekuan perdagangan sementara atau trading halt, pertama kalinya sejak 2020.
Pasar saham Indonesia juga mencatat keluarnya dana asing dengan deras. Tercatat, nilai jual bersih atau net sell asing dalam sepekan perdagangan kemarin mencapai Rp7,13 triliun pada pekan lalu. Aliran dana asing pekan lalu melonjak dari periode pekan sebelumnya Rp3,69 triliun. Net sell asing pun kini mencapai Rp33,3 triliun sepanjang 2025.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan volatilitas pasar pada awal 2025 didorong oleh sejumlah kondisi. Volatilitas misalnya terjadi seiring dengan kebijakan suku bunga acuan hingga perilisan data ekonomi makro.
Baca Juga
Namun, otoritas Bursa optimistis pasar akan pulih. Jeffrey menyebut sudah ada tanda-tanda rebound yang terlihat menjelang libur panjang Lebaran 2025.
"Demand investor terus ada penambahan. Jumlah investor menjadi 15,7 juta. Masyarakat melihat masih ada cukup besar peluang di pasar modal," ujar Jeffrey pada Senin (24/3/2025).
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan secara historis, terdapat kondisi pasar yang berbeda-beda saat momentum sepekan jelang libur Lebaran.
Adapun, pada tahun ini, gerak pasar akan dipengaruhi oleh sejumlah kondisi. Dari luar negeri, data ekonomi AS serta gejolak kebijakan Presiden AS Donald Trump masih akan memengaruhi pasar.
Dari dalam negeri, terdapat dorongan dari kebijakan OJK yang memperbolehkan emiten menggelar buyback saham tanpa RUPS. Pekan ini, rencana buyback emiten pun semakin jelas.
"Gunanya [kebijakan OJK] agar emiten gerak cepat menggelar buyback saat kondisi market jatuh dalam seperti ini. Fungsinya buyback adalah menyediakan buffer agar IHSG tidak jatuh dalam lagi," tutur Liza.
Momentum pengumuman struktur pengurus Danantara pun memengaruhi gerak pasar. Selain itu, yang ditunggu pasar adalah hasil RUPS tahunan Himbara pekan ini.
Kiwoom Sekuritas sendiri memproyeksikan IHSG pekan ini bergerak di rentang support 6.015 – 6.000/5.850 dan resistance 6.550 – 6.700/6.850/7.000 – 7.100.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.