Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RUPS XL Axiata Setujui Merger EXCL-FREN, Ini Fokus Utamanya

XLSmart menyampaikan fokus utama merger antara EXCL dan FREN adalah pada integrasi.
Karyawan melayani pelanggan di salah satu gerai XL Center di Jakarta, Selasa (7/1/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melayani pelanggan di salah satu gerai XL Center di Jakarta, Selasa (7/1/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT XL Axiata Tbk. (EXCL) memberikan restu bagi EXCL untuk melakukan merger dengan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) menjadi PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk. Manajemen XLSmart menyampaikan akan fokus melakukan integrasi terlebih dahulu sebelum mengumumkan panduan kinerja.

Direktur dan Chief Financial Officer XLSmart Antony Susilo mengatakan fokus dirinya dan direksi lainnya di XLSmart saat ini adalah pada integrasi. Integrasi tersebut baik yang berada di tingkat operasional, sistem, serta di sisi karyawan. 

"Kami sedang memikirkan bagaimana cara mendapatkan integrasi yang baik dan lancar. Selain itu, kami juga tengah berfokus pada penyusunan rencana bisnis," ujar Antony dalam konferensi pers Merger XLSmart, Selasa (25/3/2025).

Dia melanjutkan, setelah rencana bisnis atau business plan dari XLSmart selesai, pihaknya baru akan menyampaikan panduan kinerja bagi perusahaan hasil merger ini.

Adapun Antony juga mengatakan XLSmart memiliki nilai sinergi pra pajak sebesar US$300-US$400 juta per tahun, dengan proyeksi pendapatan proforma sebesar Rp45,8 triliun.

EBITDA dari XLSmart juga diperkirakan dapat mencapai Rp22,5 triliun, dengan total pelanggan gabungan sebanyak 94,5 juta pelanggan, dan pangsa pasar gabungan sebesar 25%.

"Sinergi tersebut baru dapat terwujud setelah kami mencapai integrasi yang solid. Jadi, yang terpenting saat ini adalah menyeimbangkan integrasi terlebih dahulu," tutur Antony.

Sebelumnya, Direktur Smartfren Telecom Andrijanto Muljono mengatakan tantangan merger EXCL dan FREN saat ini lebih kepada culture atau budaya yang berbeda, karena dilakukan bersama dengan perusahaan yang memiliki induk di Malaysia.

"Orientasi pemegang sahamnya juga bisa berbeda begitu kemungkinannya. Jadi saya mencoba meraba, yang menjadi tantangan akan lebih cenderung ke budaya, karena corporate culture-nya berbeda," ujar Andrijanto, ditemui tim Bisnis di Jakarta.

Selain itu, lanjutnya, yang menjadi tantangan lainnya adalah tantangan bisnis. Seperti misalnya ketika Sinarmas ingin mengejar pertumbuhan, sementara Axiata ingin mengejar dividen, maka hal tersebut dapat menjadi tantangan bagi merger ini.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper