Bisnis.com, JAKARTA — Emiten migas grup Bakrie PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) mencatat laba bersih sebesar US$75,39 juta atau sekitar Rp1,18 triliun (asumsi kurs Rp16.162 per dolar AS) sepanjang 2024.
Torehan laba bersih itu naik 10,16% jika dibandingkan dengan catatan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya di angka US$68,43 juta atau sekitar Rp1,05 triliun.
Adapun, posisi defisit ENRG susut ke level US$375,39 juta pada akhir 2024, dari posisi tahun 2023 di angka US$450,79 juta.
Wakil Direktur Utama & Chief Financial Officer ENRG Edoardus Ardianto mengatakan kenaikan laba itu didorong oleh peningkatan produksi minyak dan harga jual gas sepanjang 2024.
“Kenaikan produksi minyak dan harga jual gas yang lebih tinggi merupakan 2 alasan utama atas kinerja keuangan ENRG semakin membaik,” kata Edoardus lewat siaran pers, Selasa (25/3/2025).
Sementara itu, Direktur Utama & Chief Executive Officer (CEO) ENRG Syailendra S. Bakrie menambahkan keberhasilan akuisisi 2 aset minyak di Blok Siak dan Kampar menjadi faktor pendorong kenaikan produksi perseroan.
Baca Juga
“Kami juga berharap akuisisi atas blok Sengkang di Sulawesi Selatan akan meningkatkan produksi gas perusahaan di tahun ini,” kata Syailendra.
Saat ini, Sengkang memproduksi sekitar 40 sampai 45 juta kaki kubik gas per hari dan memiliki cadangan gas terbukti dan terukur (cadangan 2P) sebesar 380 miliar kaki kubik gas. Blok ini 100% dimiliki ENRG.
Selain itu, ENRG turut memiliki 90% saham di Siak dan Kampar. Kedua aset tersebut memiliki total produksi sekitar 3.000 barel minyak per hari, dan memiliki estimasi cadangan terbukti dan terukur (cadangan 2P), serta sumber daya kontingen (sumber daya 2C) recoverable sebesar 24 juta barel minyak.
Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir 31 Desember 2024, ENRG mencatatkan penjualan neto sebesar US$467,42 juta sepanjang tahun lalu, naik 11,08% dibandingkan dengan penjualan neto pada periode 2023 di angka US$420,77 juta.
Penjualan neto sepanjang 2024 itu berasal dari penjualan migas dengan total mencapai US$441,65 juta, sisanya dihasilkan dari usah penunjang lainnya sebesar US$23,61 juta dan under (over) lifting dan DMO sebesar US$2,1 juta.
Sebagian besar penjualan neto berasal dari transaksi dengan TIS Petroleum (Asia) Pte Ltd sebesar US$87,32 juta. Sementara itu, penjualan domestik sebagian besar disalurkan untuk PT Kilang Pertamina Internasional dengan nilai transaksi mencapai US$158,9 juta.
Di sisi lain, beban pokok penjualan ENRG mencapai US$467,42 juta, atau naik 11,08% dibandingkan posisi beban tahun 2023 di angka US$420,77 juta.
Adapun, ENRG mencatat total liabilitas sebesar US$926,11 juta, berasal dari liabilitas jangka pendek sebesar US$434,81 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar US$491,3 juta.
Sementara itu, total aset ENRG per akhir Desember 2024 mencapai US$1,58 triliun, berasal dari aset lancar sekitar US$255,64 juta dan aset tidak lancar sebesar US$1,32 triliun.
Di sisi lain, ENRG mencatatkan ekuitas bersih mencapai US$657,14 juta per Desember 2024, relatif bergerak naik dari posisi tahun sebelumnya di angka US$585,1 juta.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.