Bisnis.com, JAKARTA— Emiten periklanan dan media terintegrasi, PT Fortune Indonesia Tbk. (FORU) fokus memacu kinerja operasional di tengah fluktuasi saham perseroan.
Pada Jumat (21/3/2025), saham FORU ditutup turun 25% menjadi Rp810. Sepanjang tahun berjalan atau year to date (YtD), saham perusahaan sudah turun 78,34% dari posisi Rp3.740 pada akhir 2024.
Penurunan saham Fortune Indonesia membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta perseroan melakukan paparan publik insidentil. Kronologinya, saham FORU sempat anjlok 25% pada 6 Maret 2025 dan 7 Maret 2025.
Pada 10 dan 11 Maret 2025, saham FORU kembali turun masing-masing 5,12% dan 15,11%. Pada 12 Maret 2025, BEI melakukan suspensi saham FORU, dan membuka kembali pada 13 Maret 2025. FORU pun melakukan paparan publik insidentil pada Jumat (21/3/2025).
Direktur FORU Hadi Pranggono menjelaskan penurunan saham FORU merupakan fluktuasi yang terjadi di pasar modal dan terimbas dinamika ekonomi global. Perdagangan saham FORU telah dibuka kembali per 13 Maret 2025 lalu, dan perusahaan berkomitmen memperkuat komunikasi kepada investor melalui langkah Public Expose.
“Kami telah mengambil langkah keterbukaan informasi di Public Expose ini. Untuk soliditas kinerja usaha di masa depan, berbagai langkah diambil oleh manajemen FORU. Mulai dari efisiensi operasional, termasuk optimalisasi biaya tenaga kerja hingga strategi berbasis data untuk memastikan daya saing produk dan layanan FORU,” jelas Hadi, Jumat (21/3/2025).
Baca Juga
Pjs. Direktur FORU Ratna Puspita menyampaikan manajemen memperkirakan pada 2025 akan menjadi fase akselerasi Fortuna yang akan diperkuat lima pilar utama usaha.
Pertama, penguatan keuangan melalui optimalisasi biaya melalui digitalisasi dan diversifikasi portofolio. Kedua, kemitraan strategis melalui kolaborasi dengan patner dan influencers, serta ekspansi ke pasar yang lebih luas.
Ketiga, retensi klien melalui program loyalitas berbasis dashboard real-time, consumer trend updates, dan customized workshop untuk tingkatkan retensi dan pertumbuhan belanja klien. Keempat, pengembangan talenta.
“Dan kelima, transformasi digital dengan utilisasi AI dan konten SEO untuk akuisisi klien baru,” imbuhnya.
Kinerja keuangan per September 2024 menunjukkan nilai aset Rp36,2 miliar, pendapatan Rp26,8 miliar dan rasio utang terhadap ekuitas (DER) 0,41 kali, angka yang aman di bawah ambang batas industri. Adapun, rugi bersih mencapai Rp8,2 miliar.