Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo merespon kondisi Indeks Harga Sahan Gabungan (IHSG) yang sempat anjlok lebih dari 6% dan sempat dilakukan trading halt selama 30 menit. Kondisi penjualan saham dalam jumlah besar itu turut memberikan sentimen terhadap rupiah.
Perry menegaskan bahwa aset keuangan Indonesia, khususnya Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tetap akan menarik bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesi.
“Menarik yang seperti apa? Satu, imbal hasilnya yang kami pastikan kompetitif dengan negara-negara emerging,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (19/3/2025).
Kedua, Perry menyampaikan bank sentral akan memastikan stabilitas nilai tukar sehingga imbal hasil tetap menarik. Ketiga, Bank Indonesia akan terus memperbanyak instrumen-instrumen bagi para investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Perry menuturkan saat ini pun SRBI telah ditransaksikan bukan hanya di pasar primer, namun juga di pasar sekunder dengan rata-rata transaksi per hari mencapai Rp16 triliun.
“Tetapi juga kami perluas untuk SVBI dan SUVBI maupun instrumen lain termasuk untuk DHE SDA,” lanjut Perry.
Baca Juga
Dirinya pun bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terus bersinergi memperkuat kebijakan moneter dan fiksal untuk terus prundent guna menjaga stabilitas nilai tukar dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Gubernur BI dua periode tersebut menjelaskan pada dasarnya terkait saham, di AS pun juga terjadi penurunan harga saham dan di regional juga ada penurunan harga saham yang pada akhirnya investasi portfolio beralih ke negara maju selain AS.
“Oleh karena itu kami masih mempercayai instrumen aset keuangan Indonesia apakah SBN, saham, SRBI, secara fundamental memang tetap menarik karena pertumbuhan ekonomi kita tetap tinggi,” jelasnya.
Sementara Perry memandang rupiah secara fundamental mestinya harus menguat meski tekanan-tekanan yang sekarang terjadi lebih bersifat faktor-faktor teknikal karena memang ketidakpastian di perekonomian global.
“Pada saat seperti ini, langkah BI terus melakukan intervensi karena mestinya itu tidak hanya stabil, justru cenderung menguat karena fundemantal kita baik,” tuturnya.
Pada saat yang sama, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyampaikan bahwa saat ini rupiah yang dipandang melemah tersebut justru relatif stabil.
Sementara sejak awal tahun, saham memang mengalami koreksi yang cukup besar. Pasalnya saham sangat dekat sekali kaitannya dengan sentimen di ekonomi baik itu global yang akhirnya mempengaruhi ke domestik. Sebagaimana berbagai kebijakan dari Trump akan memberikan dampak terhadap ekonomi secara keseluruhan.
Secara year to date, Destry mencatat saham masih mengalami outflow dari Januari-Maret 2025 senilai Rp22 triliun. Meski demikian, SBN dan SRBI terus mengalami inflow.
“Bahwa koreksi rupiah ini kita harapkan temporary sehingga BI masuk langsung kita intervensi untuk spot ataupun DNDF dan kalau diperlukan kita masuk di SBN,” ungkap Destry.
Adapun pada hari ini, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 5,75%.