Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan Investor Asing Net Buy Rp22,43 Triliun di SBN Indonesia

Ketidakpastian pasar global membuat investor asing mengincar investasi ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia.
Pegawai mengamati pergerakan harga saham dan obligasi di Profindo Sekuritas, Jakarta, Kamis (5/9/2024)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati pergerakan harga saham dan obligasi di Profindo Sekuritas, Jakarta, Kamis (5/9/2024)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Investor asing mengincar investasi ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia, saat ketidakpastian terjadi di pasar global.

Berdasarkan data DJPPR Kementerian Keuangan, total kepemilikan investor asing di SBN yang dapat diperdagangkan meningkat atau net buy Rp22,43 triliun dari Rp876,64 triliun pada akhir 2024 menjadi Rp899,07 triliun hingga 10 Maret 2025. 

Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan bahwa daya tarik masih cukup besar bagi investor asing ke SBN lantaran memberikan imbal hasil yang tinggi.

"Paling penting itu dari sisi kredibilitas, kebijakan fiskal dan kebijakan moneter untuk menjaga tingkat kepercayaan investor asing terhadap SBN," katanya dalam agenda Mirae Asset Sekuritas di Jakarta, Rabu (12/3/2025).

Dia menjelaskan bahwa investor asing sementara ini belum keluar dari pasar SBN Indonesia karena imbal hasil yang masih cukup menarik.

Lalu, untuk saat ini dia melihat masih ada persaingan di pasar antara berinvestasi ke SBN atau Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Dia menjelaskan bahwa apabila imbal hasil SBN turun maka investor beralih ke SRBI, begitu pula sebaliknya.

Senada, Senior Economist PT KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana yang mengatakan bahwa SBN menjadi instrumen investasi pilihan karena masyarakat saat ini berupaya mengurangi risiko. Dia menjelaskan bahwa investor asing sedang merespons kondisi pasar global saat ini dengan mengincar aset dengan risiko rendah (risk off).

Ketidakpastian global saat ini, lanjutnya, diliputi oleh risiko resesi pada ekonomi Amerika Serikat, kebijakan tarif impor Donald Trump, dan pasar tenaga kerja AS yang kurang baik. Sentimen itu dinilai membuka ekspektasi penurunan suku bunga The Fed lebih banyak pada tahun ini. 

"Hal ini mendorong investor untuk mengurangi aset atau portofolio dalam dolar AS dan ini mendorong US Treasury melandai, sehingga investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi, maka investor akan masuk ke SBN negara berkembang," katanya kepada Bisnis, Rabu (12/3/2025).

Sementara itu, dia menyarankan strategi bagi investor untuk berinvestasi di pasar SBN adalah dengan memilih tenor pendek karena risikonya lebih kecil.

"Yield SRBI semakin rendah, pasar sekundernya juga relatif lebih kecil untuk beberapa investor sulit untuk menyesuaikan kebutuhan jangka pendek. Kalau untuk sekarang memang SBN yang paling menarik," tambahnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper