Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran Ekonomi Guncang Pasar, Minyak Anjlok ke Level Terendah September 2023

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 1,5% menjadi US$66,03 per barel, level terendah sejak September.
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak global melemah ke level terendah dalam enam bulan pada Senin (10/3/2025) seiring meningkatnya sinyal pelemahan ekonomi di AS dan China, dua negara konsumen minyak terbesar dunia.

Kekhawatiran bahwa tarif AS dapat menekan permintaan energi global semakin memperburuk sentimen pasar.

Melansir Bloomberg, Selasa (11/3/2025), minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 1,5% menjadi US$66,03 per barel, level terendah sejak September. Minyak Brent untuk pengiriman Mei juga melemah 1,5% dan ditutup di US$69,28 per barel.

Bursa saham AS anjlok pada Senin, menghapus seluruh keuntungan sejak Donald Trump pertama kali menjabat, di tengah kekhawatiran bahwa kebijakan perdagangannya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, inflasi di China turun lebih dari perkiraan, bahkan untuk pertama kalinya dalam 13 bulan terakhir.

Pasar minyak saat ini tertekan oleh kombinasi sentimen negatif, mulai dari perang dagang global yang kian memanas, rencana OPEC dan sekutunya untuk meningkatkan produksi, hingga pembicaraan damai yang dapat mengakhiri perang Ukraina yang telah berlangsung tiga tahun.

Kondisi ini mendorong spekulan memangkas taruhan bullish terhadap minyak Brent secara signifikan sejak Juli, meskipun posisi short terhadap minyak mentah AS juga berkurang.

Di Washington, Trump menyebut ekonomi AS tengah memasuki "periode transisi" akibat kebijakan tarifnya, tetapi menghindari spekulasi mengenai potensi resesi.

Sementara itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Jumat mengakui meningkatnya ketidakpastian ekonomi, namun menegaskan bahwa bank sentral AS tidak perlu terburu-buru memangkas suku bunga.

Tim analis JPMorgan Chase & Co. mengatakan gejolak ekonomi dalam sepekan terakhir setara dengan gejolak satu tahun penuh, meskipun ada sedikit kelegaan setelah tarif terhadap Kanada dan Meksiko ditunda.

“Risiko kebijakan ekstrem AS meningkat, memicu aksi jual tajam dalam perdagangan berbasis momentum,” jelasnya.

Di sisi lain, analis Carlyle Group Inc. Jeff Currie memprediksi perdagangan bahan bakar fosil lintas negara telah mencapai puncaknya pada 2017 dan akan terus menurun seiring meningkatnya investasi negara-negara dalam energi terbarukan guna memperkuat ketahanan energi.

Pekan ini, perhatian investor tertuju pada Konferensi CERAWeek di Houston, yang dimulai pada Senin. Sejumlah CEO raksasa energi, termasuk Exxon Mobil Corp., Saudi Aramco, Chevron Corp., dan Vitol Group, dijadwalkan menjadi pembicara di hari pembukaan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper