Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pernyataan Powell Redakan Kekhawatiran Pasar, Bursa Asia Diproyeksi Menguat

Bursa Asia diperkirakan menguat setelah Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa ekonomi AS tetap stabil dan tidak memerlukan perubahan kebijakan moneter.
Papan saham elektronik menampilkan Nikkei 225 Stock Average di salah satu perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 5 Agustus 2024./Bloomberg-Noriko Hayashi
Papan saham elektronik menampilkan Nikkei 225 Stock Average di salah satu perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 5 Agustus 2024./Bloomberg-Noriko Hayashi

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia diperkirakan bergerak positif pada perdagangan Senin (10/3/2025) setelah Ketua The Fed Jerome Powell meredakan kekhawatiran pasar dengan menyatakan bahwa ekonomi AS tetap stabil dan tidak memerlukan perubahan kebijakan moneter.

Melansir Bloomberg, kontrak berjangka indeks saham di Australia dan Jepang naik, sementara kontrak berjangka di Hong Kong melemah tipis.

Pekan lalu, Wall Street ditutup menguat pada Jumat, dengan S&P 500 naik 0,6% setelah sempat tertekan hingga 1,3%. Nasdaq 100 juga berhasil menjauh dari zona koreksi. Namun, obligasi melemah dan dolar AS mencatat pekan terburuknya sejak 2022.

Sejumlah faktor, mulai dari kebijakan tarif hingga ketidakpastian geopolitik, menciptakan volatilitas tinggi di pasar sepanjang pekan lalu.

Powell mengakui adanya peningkatan risiko dalam prospek ekonomi AS, tetapi ia menegaskan bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga dan optimistis terhadap target inflasi 2%.

Founder Vital Knowledge Adam Crisafulli mengatakan Powell tampak tenang terhadap pertumbuhan ekonomi, puas dengan perkembangan inflasi, dan tidak terlalu mengkhawatirkan kenaikan ekspektasi inflasi.

”Pernyataan Powell memberikan dampak positif bagi pasar,” jelasnya.

Imbal hasil obligasi AS naik pada Jumat, sementara dolar AS sedikit pulih dari posisi terendahnya setelah pasar meredam ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat. Dalam beberapa pekan terakhir, pasar obligasi terus bergerak fluktuatif di tengah perlambatan ekonomi dan inflasi yang masih tinggi.

Sementara itu, data tenaga kerja AS menunjukkan sinyal beragam. Pertumbuhan lapangan kerja stabil, tetapi tingkat pengangguran naik menjadi 4,1%. Nonfarm payrolls hanya bertambah 151.000 pada Februari, lebih rendah dari revisi bulan sebelumnya.

Glen Smith dari GDS Wealth Management mengatakan data tenaga kerja ini lebih lemah dari ekspektasi dan belum mencerminkan PHK besar-besaran di sektor pemerintahan.

”Laporan ini menunjukkan perusahaan menunda perekrutan baru hingga ada kejelasan lebih lanjut mengenai kebijakan tarif dan prospek ekonomi,” ungkap Smith.

Di Asia, inflasi China anjlok lebih dalam dari perkiraan hingga ke zona negatif untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun, menambah tekanan deflasi di ekonomi negara itu. Investor kini menunggu bukti bahwa stimulus pemerintah berhasil meningkatkan permintaan domestik.

Sementara itu, China mengumumkan kebijakan tarif balasan terhadap impor minyak lobak, daging babi, dan makanan laut dari Kanada di tengah meningkatnya tensi perang dagang.

Meskipun S&P 500 bangkit pada akhir pekan, indeks ini tetap mencatat kinerja mingguan terburuk sejak September, turun hampir 7% dari level tertinggi Februari. Saham teknologi menjadi yang paling terdampak, dengan Nasdaq 100 mendekati koreksi teknikal.

Presiden Donald Trump merespons kekhawatiran perlambatan ekonomi dengan menyatakan bahwa AS tengah melalui "periode transisi."

Pasar juga semakin bergejolak, dengan Indeks Volatilitas Cboe (VIX) sempat melonjak di atas 26 pekan lalu—level yang jarang terlihat sejak pandemi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper