Bisnis.com, JAKARTA — Emiten komponen otomotif besutan konglomerat TP Rachmat PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp579,28 miliar pada 2024.
Realisasi itu susut 5,3% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp611,75 miliar.
Berdasarkan Laporan Keuangan, penyusutan laba DRMA terjadi seiring dengan turunnya penjualan 0,72% yoy menjadi Rp5,5 triliun pada 2024, dibandingkan Rp5,54 triliun pada 2023.
Segmen kendaraan roda dua (2W) menjadi kontributor utama penjualan DRMA yang mencapai Rp3,3 triliun, meningkat 11,9% yoy. Pertumbuhan segmen kendaraan roda dua DRMA sejalan dengan total penjualan sepeda motor nasional yang naik sebesar 1,5%.
Sementara itu, DRMA mencatatkan beban pokok penjualan yang menyusut menjadi Rp4,5 triliun pada 2024, dibandingkan Rp4,56 triliun.
Alhasil, laba bruto tumbuh menjadi Rp1 triliun pada 2024, dari laba bruto pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp972,65 miliar.
Baca Juga
Akan tetapi, beban penjualan dan pemasaran DRMA membengkak dari Rp74,56 miliar pada 2023 menjadi Rp79,35 miliar pada 2024. Kemudian, beban umum dan administrasi membengkak dari Rp259,37 miliar menjadi Rp274,45 miliar.
Laba usaha pun menjadi menyusut dari Rp802,14 miliar pada 2023 menjadi Rp768,96 miliar pada 2024.
Presiden Direktur Dharma Polimetal Irianto Santoso mengatakan capaian laba DRMA pada 2024 terjadi di tengah tren penurunan penjualan di industri otomotif sepanjang 2024.
Mengacu data terbaru Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada periode Januari - Desember 2024, total penjualan mobil secara wholesales tercatat sebesar 865.723 unit atau turun 13,9% secara tahunan (year on year/yoy) dari periode sama 2023 sebesar 1 juta unit.
Sementara itu, penjualan ritel juga turun 10,9% yoy menjadi 889.680 unit pada periode 12 bulan 2024, dibandingkan 998.059 unit pada periode yang sama 2023.
"Ke depan, DRMA akan terus berupaya mencari sumber-sumber pertumbuhan baru yang tidak terlalu terpengaruh oleh naik turunnya penjualan otomotif, baik yang masih berhubungan dengan industri otomotif maupun di luar otomotif dengan memanfaatkan kompetensi yang sudah kami miliki maupun dengan menghasilkan inovasi baru," ujar Irianto dalam keterangan tertulis pada Kamis (6/3/2025).
Irianto menjelaskan bahwa demi menjaga pengembangan dan pertumbuhan bisnis DRMA agar semakin tangguh dan berkelanjutan, perseroan menatap peluang di sektor kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Perseroan akan secara proaktif mengembangkan komponen kendaraan listrik dan membangun ekosistem EV sendiri melalui Dharma Connect.
Sementara itu, DRMA mencatatkan pertumbuhan aset menjadi Rp3,84 triliun pada 2024, dibandingkan Rp3,38 triliun pada 2023. Lalu, liabilitas perseroan naik menjadi Rp1,37 triliun, dari tahun sebelumnya sebesar Rp1,35 triliun.
Perseroan mencatatkan kas dan setara tas akhir tahun sebesar Rp401,76 miliar pada 2024, naik dari tahun sebelumnya Rp378,54 miliar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.