Bisnis.com, JAKARTA — Emiten komponen otomotif seperti PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) besutan konglomerat TP Rachmat tancap gas menjalankan diversifikasi bisnis pada awal 2025 seiring dengan kekhawatiran lesunya industri otomotif pada tahun ini.
President Direktur Dharma Polimetal, Irianto Santoso menjelaskan bahwa dalam mengawali 2025, perseroan menyiapkan sejumlah strategi untuk meraih pertumbuhan penjualan. Salah satu strategi adalah menambah portofolio bisnis sebagai langkah diversifikasi.
Langkah diversifikasi terbaru yang dijalankan DRMA adalah dengan mengembangkan produk Battery Energy Storage System (BESS). Produk tersebut merupakan baterai penyimpan energi yang umumnya digunakan untuk menyimpan energi dari panel surya.
Produk tersebut menambahkan portofolio bisnis perseroan di luar sektor otomotif. Sebagai portofolio bisnis baru, BESS telah dikembangkan di pabrik baru milik anak usaha Perseroan yaitu PT Dharma Controlcable Indonesia (DCI).
Dalam pengembangan bisnis barunya, perseroan telah memasok BESS sebanyak 600 unit kepada salah satu pengembang perumahan yang digunakan untuk pemasangan panel surya pada setiap rumah yang dibangun. Pemasangan perangkat tersebut nantinya akan menjadi sumber energi terbarukan (EBT) mandiri yang menyuplai kebutuhan listrik di setiap rumah.
Selain itu, intregrasi panel surya dan BESS dapat dikembangkan sebagai alternatif sumber energi untuk stasiun pengisian kendaraan listrik (SPKL). Konsep ini telah diuji coba oleh PT DCI dengan spesifikasi energi yang dihasilkan sebesar 27,5 kWp dari panel surya dengan penyimpanan sebesar 50 kWh dari BESS, dan mampu menyuplai daya charger sebesar 30kW.
Baca Juga
"Penambahan portofolio bisnis baru ini bertujuan untuk menjaga pengembangan dan pertumbuhan bisnis perseroan agar semakin tangguh dan berkesinambungan,” kata Irianto dalam keterangan tertulis, Senin (3/2/2025).
Selain itu, strategi diversifikasi bisnis dilakukan di tengah momen kekhawatiran lesunya industri otomotif tahun ini. Mengacu data terbaru Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada periode Januari - Desember 2024, total penjualan mobil secara wholesales tercatat sebesar 865.723 unit atau turun 13,9% secara tahunan (year on year/yoy) dari periode sama 2023 sebesar 1 juta unit.
Sementara itu, penjualan ritel juga turun 10,9% yoy menjadi 889.680 unit pada periode 12 bulan 2024, dibandingkan 998.059 unit pada periode yang sama 2023.
Tahun ini, penjualan otomotif juga diproyeksikan lesu seiring dengan kekhawatiran daya beli lemah akibat kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% serta penerapan opsen pajak.
“Di tengah situasi industri saat ini yang masih penuh tantangan, diversifikasi bisnis menjadi pilihan DRMA untuk membangun mesin penghasil pendapatan yang baru. Dengan tambahan sumber pendapatan yang baru ini, kami harapkan kinerja tahun ini bisa lebih baik dari sebelumnya,” tutur Irianto.
Berdasarkan laporan keuangan, sampai dengan kuartal III/2024, DRMA telah mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp412,07 miliar. Torehan itu terkoreksi 20,66% secara tahunan (year on year/yoy).
Koreksi laba bersih yang cukup lebar itu terjadi seiring dengan turunnya penjualan bersih perseroan sampai kuartal ketiga 2024. DRMA membukukan penjualan sebesar Rp4,02 triliun sampai September 2024, turun 5,25% yoy.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.