Bisnis.com, JAKARTA — Saham emiten kongsi Garibaldi ‘Boy’ Thohir dan Grup Saratoga, PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) jatuh ke level Rp286 per saham pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (5/3/2025).
Mengutip data Bursa Efek Indonesia, saham MBMA terkoreksi 7,14% atau minus 22 poin selama perdagangan hari ini. Sejak awal tahun, saham MBMA telah susut 37,55% atau terkoreksi 172 poin.
Adapun, jika dibandingkan harga saat penawaran umum perdana (IPO) pada 18 April 2023 lalu di level Rp795 per saham, kinerja saham MBMA telah menguap 64,02%.
Penurunan saham MBMA terjadi di tengah keberhasilan perseroan penaikan produksi bijih besi dan turunan nikel sepanjang 2024.
Seperti diketahui, MBMA memperluas operasi serta infrastruktur penambangan pada wilayah tambang Sulawesi Cahaya Mineral selama 2024.
Selama periode itu, SCM meningkatkan produksi bijih lebih dari dua kali lipat dengan produksi saprolit sebesar 4,9 juta wet metric ton (wmt) pada tahun 2024, dibandingkan dengan 2,3 juta wmt pada 2023. Selain itu, produksi limonit mencapai 10,1 juta wmt pada 2024.
Baca Juga
“Memasuki 2025, MBMA dalam posisi pertumbuhan yang signifikan, didorong oleh peningkatan produksi bijih nikel, peningkatan produksi pemurnian nikel dan beroperasinya fasilitas HPAL,” kata Presiden Direktur MBMA Teddy Oetomo lewat keterangan resmi, dikutip Rabu (5/3/2025).
Pada akhir kuartal IV/2024, cash cost atau biaya tunai saprolit turun menjadi US$21,6 per wmt dari US$28,4 wmt pada awal tahun 2024.
Demikian pula, cash cost limonit turun menjadi US$9 per wmt dari US$11,5 per wmt pada periode yang sama.
Selama kuartal ini, fasilitas pemurnian MBMA memproduksi total 30.716 ton nikel, yang mencakup 18.823 ton nikel dalam nickel pig iron (NPI) dan 11.893 ton nikel dalam high-grade nickel matte (HGNM).
Produksi ini menghasilkan pendapatan sebelum diaudit sebesar $223,8 juta dari NPI dan $158,8 juta dari HGNM, dengan ASP masing-masing sebesar $11.887 per ton dan $13.229 per ton.
Sementara itu, MBMA memproduksi 82.161 ton nikel dalam nickel pig iron (NPI) dengan cash cost US$10.307 per ton sepanjang 2024, produksi itu naik 26% secara tahunan dengan penurunan biaya 15%.
Di sisi lain, produksi HGNM mencapai 50.315 ton dengan biaya tunai US$13.547 per ton. Capain ini mencerminkan peningkatan volume sebesar 66% dengan penurunan biaya sebesar 8% secara tahunan.
“MBMA mengantisipasi cash cost akan semakin menurun seiring dengan peningkatan pengiriman bijih saprolit dari Tambang SCM dan setelah selesainya perbaikan smelter BSI,” kata Teddy.
Prospek Saham Nikel
Sebelumnya, BCA Sekuritas menyematkan rating underweight untuk sektor nikel dalam riset teranyar akhir Januari 2025.
Kendati harga saham emiten nikel terdiskon lebar sampai awal tahun ini, BCA sekuritas menilai pasar nikel global dianggap masih lesu akibat oversupply.
Analis BCA Sekuritas Muhammad Fariz mengatakan pandangan underweight itu berbasis pada pertimbangan tinginya produksi baja tahan karat di China di tengah permintaan yang melanjutkan tren pelemahan.
Konsekuensinya, terjadi penumpukan stok di sejumlah produsen yang belakangan ikut berdampak pada pasokan nickel pig iron (NPI) di pasar.
"Kami menilai bahwa NPI dan baja tahan karat kini menunjukkan tanda lampu kuning karena ruang untuk perbaikan harga mungkin terbatas jika pasokan NPI terus meningkat, sementara permintaan tetap lemah," tulis Fariz dalam risetnya.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.