Bisnis.com, JAKARTA — PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) menandatangani perjanjian definitif dengan mitra strategis untuk pembangunan pabrik pengolahan High-Pressure Acid Leach (HPAL).
Pabrik ini dirancang untuk memiliki kapasitas terpasang sebesar 90.000 ton nikel dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP) per tahun.
Presiden Direktur MBMA Teddy Oetomo mengatakan proyek pembangunan pabrik anyar ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi MHP tahunan.
“HPAL SLNC adalah inisiatif strategis MBMA untuk memaksimalkan nilai sumber daya nikel kami yang berlimpah,” kata Teddy lewat siaran pers, Senin (24/2/2025).
Pabrik HPAL ini akan dibangun dan dioperasikan oleh PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) di dalam kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), bersebelahan dengan pabrik HPAL yang dioperasikan oleh PT Huayue Nickel Cobalt (HNC), perusahaan joint venture yang dipimpin oleh Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd, yang telah beroperasi penuh sejak April 2022.
Berdasarkan perjanjian manajemen, anak perusahaan Huayou akan menyediakan layanan manajemen kontruksi untuk pembangunan Pabrik HPAL SLNC, sementara MBMA bertanggungjawab atas perolehan izin dan persetujuan dari pemerintah Indonesia.
Baca Juga
SLNC akan memperoleh dan mengolah bijih nikel laterit melalui perjanjian komersial dengan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), anak perusahaan MBMA.
Tambang SCM mengandung sekitar 13,8 juta ton nikel dan 1,0 juta ton kobalt. Perusahaan akan membangun pabrik persiapan bijih atau feed preparation plant (FPP) di tambang SCM untuk mendukung pengangkutan bijih melalui pipa ke pabrik pengolahan SLNC di IMIP.
“Kemitraan SLNC menegaskan komitmen kami untuk meningkatkan kapasitas dalam menyediakan bahan baku baterai berkualitas tinggi, serta mendukung kebijakan hilirisasi pemerintah Indonesia,” kata Teddy.
Kontruksi proyek HPAL SLNC ini telah dimulai sejak Januari 2025, dengan target commissioning dalam kurun waktu 18 bulan. Total investasi gabungan untuk membangun pabrik HPAL SLNC diperkirakan mencapai sekitar US$1,8 miliar.
Investasi MBMA dilakukan melalui afiliasinya, PT Merdeka Energi Baru (MEB), yang memiliki 50,1% saham di SLNC.
Di sisi lain, SLNC telah mendapatkan pinjaman dengan Bangkok Bank Public Limited Company, PT Bank Permata Tbk. (BNLI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Sebelumnya, MBMA bermitra dengan GEM Co., Ltd. (“GEM”) untuk mengembangkan 2 pabrik HPAL lainnya di kawasan IMIP dengan total kapasitas 55.000 ton MHP per tahun, keduanya diharapkan mulai produksi pada paruh pertama 2025.
Pabrik HPAL pertama, yang dioperasikan oleh PT ESG New Energy Material, memiliki kapasitas sebesar 30.000 ton MHP per tahun.
Sementara itu, pabrik HPAL kedua, yang dioperasikan oleh PT Meiming New Energy Material, memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 25.000 ton MHP.