Bisnis.com, JAKARTA — Rencana pembentukan Danantara sebagai superholding BUMN diyakini memberikan efek positif. Namun, saat ini, respons pasar masih cenderung negatif lantaran belum ada kejelasan terkait struktur kepemimpinan dalam lembaga baru tersebut.
Analis Reliance Sekuritas, Efraim Samuel, menilai pembentukan Danantara sangat menarik karena dapat mengatasi kendala dalam pengambilan keputusan di perusahaan pelat merah, khususnya perbankan.
"Dengan Danantara, bank-bank BUMN dapat lebih leluasa mengambil keputusan yang berpotensi memberikan return lebih tinggi," ujar Efraim dalam diskusi daring yang digelar pada Kamis (20/2/2025).
Selain itu, Danantara juga diharapkan dapat mendukung program-program ekonomi pemerintah yang menargetkan pertumbuhan sebesar 8%.
Efraim juga menyoroti dampak pembentukan Danantara terhadap sektor energi terbarukan. Dengan keberadaan superholding, perusahaan di bawah naungannya akan lebih mudah menjalin kerja sama dengan perusahaan asing melalui skema joint venture (JV).
"Sektor energi terbarukan akan menjadi salah satu fokus utama Danantara. Hal ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi asing ke Indonesia," tuturnua.
Baca Juga
Di sisi lain, analis Reliance Sekuritas, Arifin, mencatat bahwa respons pasar terhadap pembentukan Danantara sejauh ini masih cenderung negatif. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian dalam proses finalisasi kebijakan.
"Saat ini, pembentukan Danantara masih dalam tahap perumusan. Salah satu faktor yang menjadi perhatian adalah pernyataan mantan Presiden Joko Widodo yang dikabarkan akan menjadi pengawas Danantara. Selain itu, belum ada kepastian mengenai jajaran pejabat utama Danantara," ungkap Arifin.
Ketidakjelasan kebijakan struktural dan fiskal juga menjadi faktor yang membuat pelaku pasar masih bersikap wait and see. Namun, Arifin memperkirakan sentimen pasar akan berbalik positif setelah pemerintah memberikan kejelasan lebih lanjut terkait Danantara.