Bisnis.com, JAKARTA — Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) RI menyatakan bahwa penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI027 tembus Rp37,36 triliun.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) Kemenkeu RI Deni Ridwan mengungkap bahwa penjualan ORI027 menembus Rp37,36 triliun hingga penawarannya ditutup pada pukul 10.00 WIB, Kamis (20/2/2025).
"Total book order ORI027 mencapai Rp37,36 triliun. Angka finalnya akan diumumkan setelah penetapan penerbitan ORI027 pada 24 Februari 2025," katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (20/2/2025).
Selanjutnya, dia merinci penjualan ORI027 untuk tenor 3 tahun ORI027T3 terjual menembus angka Rp32,97 triliun dan untuk tenor 6 tahun terjual sebesar Rp4,39 triliun.
Selanjutnya, dia menegaskan akan dilakukan proses verifikasi terkait hasil pemesanan ORI027 tersebut dengan pihak-pihak terkait.
Kepala Divisi Riset Pefindo, Suhindarto menjelaskan bahwa penjualan ORI027 tersebut sesuai dengan prediksi awal, yakni permintaannya akan lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi ritel yang sebelumnya ditawarkan, ORI026 sebesar Rp19,36 triliun.
Baca Juga
"Saya menilai bahwa ORI027 ini menjadi instrumen yang menarik karena menawarkan bunga yang relatif lebih tinggi," katanya, Kamis (20/2/2025).
Berdasarkan data dari PHEI, dia menjelaskan bahwa yield surat utang pemerintah tenor 6 tahun sudah berada pada level 6,68%. Oleh karena itu, menurutnya dengan bunga yang ditawarkan sebesar 6,75% untuk tenor yang sama pada ORI027 maka berinvestasi ORI relatif lebih menarik.
Selain itu, dia menyatakan bahwa sentimen dari prospek kelanjutan pelonggaran kebijakan moneter pada waktu mendatang juga akan turut menjadi faktor lainnya.
Menurutnya, apabila suku bunga kembali diturunkan, maka hal ini akan menurunkan pricing yield dan akan membuat obligasi berkupon tinggi seperti ORI027 akan menjadi semakin langka.
"Investor akhirnya akan memanfaatkan momen tersebut untuk mendapatkan obligasi dengan tingkat bunga yang relatif lebih tinggi tersebut," ucapnya.
Adapun faktor lainnya, Suhindarto menegaskan bahwa faktor ketidakpastian kebijakan ekonomi di tingkat global masih relatif tinggi. Hal ini mendorong investor untuk mencari instrumen yang relatif lebih aman, yaitu pada surat utang pemerintah karena relatif lebih bebas risiko dibandingkan dengan instrumen lainnya seperti saham.
Seperti diketahui, Direktorat Jenderal Pembiayaan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI menyatakan bahwa kuota penjualan ORI027 disesuaikan dengan minat pasar. Kuota ORI027 ditambah hingga mencapai Rp38 triliun.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) Kemenkeu RI Deni Ridwan sebelumnya mengatakan terus memantau perkembangan penjualan ORI027, dan melakukan pendalaman pasar domestik Surat Berharga Negara (SBN).
"Pendalaman dilakukan apabila diperlukan untuk menambah kuota penerbitan ORI027, termasuk fleksibilitas kuota untuk ORI027T3 dengan tenor 3 tahun dan ORI027T6 untuk tenor 6 tahun," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (18/2/2025).
Melihat data penjualan ORI027, penjualan tenor 3 tahun atau ORI027T3 lebih banyak diminati investor daripada tenor 6 tahun ORI027T6.
Marcomm and Partnership Manager PT Bareksa Portal Investasi Ratnanitya Pradipta sebelumnya menjelaskan bahwa ada penyesuaian kuota ORI027, terutama penambahan kuota untuk tenor 3 tahun yakni ORI027T3.
"Secara nasional kuota ORI027T3 terus ditambah, dan kuota ORI027T6 juga disesuaikan oleh Kementerian Keuangan," katanya kepada Bisnis, Senin (17/2/2025).
DJPPR Kemenkeu RI telah meluncurkan ORI027 dalam dua seri, yaitu ORI027T3 tenor 3 tahun dengan kupon 6,65% dan ORI027T6 tenor 6 tahun memiliki kupon 6,75% per tahun. Masa penawaran ORI027 berlangsung sejak 27 Januari 2025 hingga 20 Februari 2025.