Bisnis.com, JAKARTA — Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI027 telah menembus rekor penjualan surat berharga negara (SBN) ritel tertinggi sepanjang sejarah. Penjualan ORI027 ini digandrungi di tengah lesunya pasar saham.
Mengacu data salah satu mitra distribusi PT Bareksa Marketplace Indonesia, penawaran ORI027 yang telah ditutup pada hari ini, Kamis (20/2/2025) mencetak pemesanan Rp37,42 triliun.
Secara rinci, ORI027 dengan tenor 3 tahun atau ORI027T3 mencatatkan pemesanan Rp31,73 triliun. Kemudian, ORI027 dengan tenor 6 tahun atau ORI027T6 meraup pemesanan Rp4,42 triliun.
Adapun, penjualan ORI seri sebelumnya yakni ORI026 pada akhir tahun lalu tembus Rp19,35 triliun, di bawah target kuota nasional Rp25 triliun.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai dari sisi penerbitan SBN ritel, ORI027 telah mencatatkan rekor. Hal ini menunjukkan bahwa penerbitan SBN ritel digandrungi pasar.
Menurutnya, ada sejumlah faktor pendorong tingginya permintaan SBN ritel ini. Di antara faktor pendorong adalah kupon ORI027 yang dinilai menarik dan paling tinggi.
Baca Juga
Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) RI sendiro meluncurkan ORI027 dalam dua seri, yaitu ORI027T3 tenor 3 tahun dengan kupon 6,65% dan ORI027T6 tenor 6 tahun memiliki kupon 6,75% per tahun.
Kemudian, yang menjadi faktor pendorong adalah kondisi waktu yang tepat, di mana terdapat sejumlah obligasi ritel yang telah jatuh tempo. Investor pun kemudian mengalokasikan dana investasinya ke ORI027.
"Belum lagi, pendalaman pasar yang terus berlanjut, dengan adanya investor baru," kata Ramdhan kepada Bisnis pada Kamis (20/2/2025).
Selain itu, ORI027 digandrungi di tengah kondisi pasar di instrumen lainnya yang sedang lesu. "Kalau dilihat, dibandingkan dengan saham satu bulan terakhir, market fluktuatif, IHSG [indeks harga saham gabungan] turun dalam, rupiah juga mengalami pelemahan," ujar Ramdhan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan penurunan 0,1% ke level 6.788,04 pada perdagangan hari ini, Kamis (20/2/2025). IHSG juga telah melemah 4,12% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
"Obligasi ritel ini kemudian menjadi instrumen yang lebih terukur tingkat pengembaliannya. Kami lihat minat instrumen ini [ORI027] juga cukup tinggi, pendalaman pasar terus berlanjut dan potensi pasar juga masih besar," tutur Ramdhan.
Adapun, prospek penerbitan SBN ritel ke depan menurutnya masih cukup baik. "Didorong oleh pendalaman pasar yang masih berlanjut. Dengan rutinnya penerbitan, edukasi masyarakat juga semakin mudah, karena ada produknya. Berbeda dengan apabila hanya sekadar teori," kata Ramdhan.
Di sisi lain, terdapat tantangan di investasi SBN ritel. Menurutnya, perubahan harga di pasar sekunder akan dipengaruhi kondisi ekonomi makro seperti tren suku bunga acuan.