Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI027 tidak begitu semarak seperti yang diperkirakan, lantaran terganjal kondisi pasar surat utang dalam negeri.
Melihat data salah satu mitra distribusi PT Bibit Tumbuh Bersama (Bibit) per Rabu (12/2/2025) pukul 14.00 WIB, penjualan ORI027 baru mencapai Rp14,35 triliun dari kedua seri yang ditawarkan.
Apabila diperinci, penjualan ORI027 untuk tenor 6 tahun ORI027T6 cenderung landai, yakni baru terjual sekitar Rp1,57 triliun atau 15,8% dari kuota awal sebesar Rp10 triliun.
Artinya, kuota pembelian ORI027T6 masih tersisa Rp8,42 triliun atau masih ada sebesar 84,2%. Padahal penawaran ORI027 akan ditutup 8 hari lagi.
Lain hal dengan ORI027 untuk tenor 3 tahun ORI027T3 yang lebih diminati investor. Sejauh ini sudah terjual sekitar Rp12,78 triliun atau 85,2% dari kuota penawaran sebesar Rp15 triliun. Kuota pembelian ORI027T3 hanya tinggal tersisa Rp2,2 triliun atau 14,8%.
Kepala Divisi Riset Pefindo Suhindarto menjelaskan bahwa meski menawarkan kupon tinggi, faktor utama sepinya minat investor terhadap ORI027T6 karena dari kondisi pasar surat utang di dalam negeri.
Menurutnya, sejak akhir 2024 hingga awal 2025, pasar masih menghadapi tekanan, terutama berasal dari sentimen eksternal. Kondisi ini berpengaruh terhadap penyerapan obligasi ritel.
Apalagi, dia mengatakan meski menawarkan dengan kupon tinggi, namun pembukaan penawaran perdana ORI027 terjadi di tengah situasi yield di pasar surat utang sedang tinggi-tingginya.
"Ambil contoh tenor 6 tahun SUN. Saat penawaran perdana ORI027 pada 27 Januari 2025, yield tenor 6 tahun masih berada di 6,92%, sehingga ketika pemerintah menawarkan bunga 6,75%, beberapa investor mungkin skeptis dan meminta bunga yang lebih tinggi pada saat itu," katanya kepada Bisnis, Rabu (12/2/2025).
Lebih lanjut, dia menjelaskan meski yield sudah turun dan berada pada angka 6,738% tetapi skeptisme tersebut pada akhirnya turut mempengaruhi efektivitas penyerapan obligasi ritel.
Dia mengungkap bahwa yield SUN tenor 6 tahun baru turun di bawah 6,75% pada akhir pekan lalu. Dengan demikian, ORI027 masih ditawarkan dengan yield masih lebih tinggi.
Meski penjualan ORI027T6 cenderung sepi, Suhindarto optimistis penjualan keseluruhan ORI027 masih akan menyentuh angka lebih dari Rp20 triliun.
"Asumsinya adalah yield di pasar surat utang terus turun. ORI027 masih menjadi instrumen yang menarik karena menawarkan bunga yang lebih tinggi. Apalagi, pasar saham saat ini sedang lesu dan sentimen negatif masih tinggi, sehingga membeli ORI bisa menjadi pilihan untuk mengamankan portofolio," tambahnya.
Seperti diketahui, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) RI meluncurkan ORI027 dalam dua seri, yaitu ORI027T3 tenor 3 tahun dengan kupon 6,65% dan ORI027T6 tenor 6 tahun memiliki kupon 6,75% per tahun.
Masa penawaran ORI027 berlangsung sejak 27 Januari 2025 hingga 20 Februari 2025, dengan total kuota awal kedua seri ORI027 tersebut sebesar Rp25 triliun.