Bisnis.com, MEDAN - Berinvestasi tak selalu harus berupa emas perhiasan, tanah, maupun properti lain yang sering kali membutuhkan modal besar. Saat ini, tersedia beragam cara untuk mengembangkan harta yang dimiliki. Salah satunya melalui pasar modal, tempat pemilik dana 'menitipkan kelola' sejumlah uang untuk orang atau perusahaan tertentu. Sebagai gantinya, pemilik dana akan memperoleh imbalan dari pengelolaan dana tersebut dan tentu menanggung risiko yang dapat disesuaikan.
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatra Utara (Sumut), M. Pintor Nasution, mengatakan bahwa pasar modal adalah tempat bagi investor (pemilik modal) untuk mengembangkan kekayaan melalui berbagai instrumen investasi.
Terdapat sejumlah instrumen investasi utama di pasar modal, seperti saham, obligasi, reksa dana, dan derivatif.
Masing-masing instrumen memiliki potensi keuntungan dan risiko terhadap dana yang diinvestasikan investor. Oleh karena itu, penting untuk mengenali terlebih dahulu setiap jenis produk tersebut agar tujuan berinvestasi dapat tercapai.
Berikut berbagai produk yang ditawarkan di pasar modal beserta potensi keuntungan dan risikonya:
1. Saham
Pintor mengatakan bahwa saham merupakan instrumen atau produk investasi yang paling populer di pasar modal dan diperdagangkan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan.
"Dengan membeli saham, investor menjadi pemilik sebagian dari perusahaan tersebut dan berhak atas keuntungan yang dihasilkan," kata Pintor pekan lalu.
Baca Juga
Ada tiga potensi keuntungan menjadi pemegang saham. Pertama, bisa mendapatkan capital gain atau keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual saham.
Kedua, investor saham bisa mendapatkan dividen atau pembagian laba perusahaan kepada pemegang saham. Ketiga, pemegang saham memiliki hak suara untuk berpartisipasi dalam keputusan perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Sementara itu, risiko utama dari investasi saham adalah fluktuasi harga. Harga saham bisa naik dan turun dengan cepat karena berbagai faktor, baik kondisi ekonomi domestik maupun global serta kinerja keuangan perusahaan.
Kemudian, ada risiko likuiditas, di mana tidak semua saham mudah dijual kembali dengan harga yang diinginkan. Terakhir, risiko perusahaan, yakni investor bisa kehilangan modalnya jika perusahaan mengalami kerugian atau bangkrut.
2. Obligasi (Surat Utang)
Obligasi terdiri dari dua jenis, yakni yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan dengan tujuan mengumpulkan dana dari investor.
Setiap kali membeli obligasi, investor akan menerima pembayaran bunga (kupon) secara berkala. Produk obligasi memiliki masa jatuh tempo, di mana pengembalian pokok investasi oleh penerbit obligasi dilakukan pada saat jatuh tempo.
Pintor menyampaikan bahwa keuntungan berinvestasi dalam obligasi ialah investor mendapat kepastian pendapatan karena perusahaan memberikan pendapatan tetap berupa kupon obligasi yang dibayarkan secara berkala. Produk ini pun memberikan penghasilan yang stabil.
"Obligasi memiliki risiko lebih rendah dibanding saham. Memiliki obligasi atau surat utang negara bisa dijadikan sarana diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko dalam investasi," jelasnya.
Meski demikian, berinvestasi pada instrumen obligasi tetap memiliki risiko. Pertama, risiko suku bunga, di mana jika suku bunga naik, harga obligasi cenderung turun. Kedua, risiko gagal bayar yang terjadi jika penerbit obligasi mengalami kesulitan keuangan sehingga pembayaran kupon dan pokok bisa terhambat.
Ketiga, risiko likuiditas. Pintor mengatakan bahwa tidak semua obligasi mudah diperjualbelikan di pasar sekunder.
3. Reksa Dana
Reksa dana adalah produk investasi yang dikelola oleh manajer investasi. Dana pembelian unit dari berbagai investor dikumpulkan dan diinvestasikan ke berbagai instrumen seperti saham, obligasi, atau pasar uang oleh manajer investasi yang menjadi pengelola reksa dana.
Pintor mengatakan bahwa keuntungan reksa dana ialah dana yang diinvestasikan dikelola oleh manajer investasi profesional yang berpengalaman.
Instrumen ini cocok bagi pemula. Secara otomatis, dana investasi yang dikelola oleh manajer investasi sudah terdiversifikasi, sehingga mengurangi risiko karena dana tersebar di berbagai instrumen.
"Yang terpenting adalah aksesibilitas bagi masyarakat umum karena bisa mulai berinvestasi di pasar modal dengan modal kecil," kata Pintor.
Meski terbilang paling aman, berinvestasi di reksa dana tetap memiliki risiko. Pertama, risiko pasar.
Pintor menjelaskan bahwa nilai investasi dalam bentuk harga unit bisa naik atau turun tergantung kondisi pasar. Lalu, ada biaya pengelolaan berupa biaya administrasi dan pengelolaan yang dapat mengurangi keuntungan.
Ketiga, ketergantungan pada manajer investasi, lantaran kinerja investasi bergantung pada keahlian manajer investasi yang dipilih oleh investor.
4. Derivatif
"Derivatif adalah instrumen keuangan yang nilainya bergantung pada aset dasar seperti saham, obligasi, atau komoditas. Di BEI, beberapa produk derivatif yang diperdagangkan meliputi kontrak berjangka (futures) dan opsi saham," jelas Pintor.
Keuntungan produk derivatif terletak pada leverage. Pintor menyampaikan bahwa investor bisa mendapatkan eksposur yang lebih besar dengan modal yang lebih kecil.
Lalu, bagi investor yang sudah memahami investasi, produk derivatif dapat dijadikan sebagai fasilitas hedging, yaitu untuk melindungi portofolio dari risiko fluktuasi harga.
"Produk derivatif juga memiliki potensi keuntungan tinggi jika berinvestasi dengan strategi yang tepat," tambahnya.
Namun, investor tetap harus mewaspadai risiko produk derivatif, di antaranya ialah risiko leverage. Karena produk derivatif menggunakan margin, potensi kerugiannya juga bisa lebih besar dari investasi awal.
Kedua, kompleksitas karena membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan saham atau obligasi. Terakhir, risiko likuiditas, akibat tidak semua kontrak derivatif memiliki likuiditas tinggi di pasar.
Amankah Berinvestasi di Pasar Modal Seperti Saham atau Obligasi?
Berinvestasi di pasar modal memiliki sejumlah keuntungan dan tingkat risiko yang akan berdampak pada harta pemilik modal atau investor.
Saham, misalnya, menawarkan potensi keuntungan tinggi tetapi juga memiliki risiko yang tinggi. Adapun obligasi memberikan pendapatan tetap tetapi memiliki risiko suku bunga dan gagal bayar.
Sementara itu, reksa dana adalah pilihan yang lebih mudah bagi pemula karena dikelola secara profesional. Lalu, produk derivatif sebaiknya hanya digunakan oleh investor yang benar-benar memahami strategi berinvestasi.
Pintor menekankan bahwa calon investor yang akan berinvestasi perlu memahami risiko yang ada dan melakukan analisis mendalam agar keputusan investasi lebih bijak.
"Dengan memahami produk-produk atau berbagai instrumen investasi yang ada di pasar modal, para investor bisa memilih instrumen investasi sesuai dengan tujuan keuangan, profil risiko, dan jangka waktu investasi masing-masing," tutupnya.