Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja indeks LQ45 dan IDX SMC Liquid masih underperform dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi lesunya saham-saham dengan likuiditas tinggi itu.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks LQ45 mencatatkan pelemahan 2,01% sejak perdagangan perdana 2025 hingga saat ini atau secara year to date (ytd) ke level 810,01 pada perdagangan hari ini, Selasa (4/2/2025).
Kemudian, IDX SMC Liquid berkinerja lebih jeblok lagi, yakni melemah 6,47% ytd ke level 285,14 pada perdagangan hari ini.
Penurunan kedua indeks tersebut melebihi IHSG yang melemah tipis 0,09% ytd ditutup di level 7.073,45 pada perdagangan hari ini.
Begitu pula tahun lalu, indeks LQ45 ambrol 14,83% dan SMC Liquid turun 8,24% sepanjang 2024. Pelemahan kedua indeks pada tahun lalu melebihi IHSG yang melemah 2,65% sepanjang 2024.
Kinerja jeblok LQ45 pada tahun lalu terjadi seiring dengan lesunya harga saham bank jumbo yang merupakan konstituen indeks. Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) misalnya turun 22,42% sepanjang 2024 dan harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) turun 14,81% sepanjang 2024.
Baca Juga
Sementara, pelemahan IDX SMC Liquid yang beranggotakan 51 emiten didorong oleh jebloknya saham PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR) yang turun harga 46,47% dan PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) yang turun harga 41,04% sepanjang 2024.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai indeks-indeks unggulan seperti LQ45 dan SMC Liquid sebenarnya mencerminkan saham dengan likuiditas tinggi dan aktivitas perdagangan terbesar. Namun, jebloknya kinerja indeks LQ45 dan SMC Liquid melebihi IHSG dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
"Ketidakpastian ekonomi global dan domestik, seperti inflasi tinggi, suku bunga, atau kebijakan moneter yang ketat di AS bisa memengaruhi likuiditas dan daya tarik saham-saham unggulan yang ada di dalam indeks ini [LQ45 dan IDX SMC Liquid]," kata Felix kepada Bisnis pada Selasa (3/2/2025).
Faktor lainnya, investor institusional bisa saja melakukan penyesuaian portofolio atau rebalancing dengan mengalihkan dana dari saham-saham di indeks LQ45 dan IDX SMC Liquid ke sektor lain yang lebih menguntungkan atau lebih aman.
"Penurunan kinerja indeks LQ45 dan IDX SMC Liquid juga bisa mencerminkan kurangnya minat jangka pendek dari investor terhadap saham-saham besar yang ada di indeks ini, terutama jika prospek pertumbuhannya terbatas," tutur Felix.
Mengenai peluang pemulihan, saham-saham dalam indeks ini dinilai tetap memiliki potensi. Faktor pendorong pemulihan meliputi stabilitas ekonomi, kinerja sektor-sektor terkait, dan perbaikan sentimen pasar. Namun tantangannya terletak pada ketidakpastian ekonomi dan dinamika pasar.
"Untuk investor, ini [pelemahan indeks LQ45 dan IDX SMC Liquid] bisa menjadi peluang beli jika melihat potensi jangka panjang dan valuasi yang menarik," kata Felix.
Namun, risiko lebih dalam tetap ada, terutama jika kondisi ekonomi tidak segera membaik. Alhasil, keputusan investasi perlu mempertimbangkan faktor-faktor tersebut secara hati-hati.
Adapun, Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai penyebab utama indeks LQ45 dan IDX SMC Liquid mengalami penurunan, karena mayoritas saham bluechip yang memiliki bobot cukup besar ke masing-masing indeks berkinerja lesu.
Berbeda dengan IHSG yang cukup ditopang penguatan saham-saham grup konglomerasi seperti emiten-emiten besutan Prajogo Pangestu. Dengan begitu, kinerja IHSG bisa lebih baik dibandingkan indeks LQ45 serta IDX SMC Liquid.
"Peluang pemulihan saham-saham di indeks LQ45 dan IDX SMC Liquid ke depannya tetap ada mengingat sentimen penurunan suku bunga acuan bisa berdampak ke mayoritas sektor," tutur Sukarno kepada Bisnis pada Selasa (4/2/2025).
Hanya saja, saat ini terdapat tantangan penguatan dolar AS sehingga rupiah menjadi melemah dan membuat beban bagi emiten.
"Untuk saat ini investor sebaiknya cenderung wait and see terlebih dahulu dan boleh buy on weakness jika ada sinyal yang kuat. Mengingat saat ini sentimen negative perang dagang mulai memberikan tekanan pada indeks regional," kata Sukarno.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.