Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merdeka Battery (MBMA) Kerek Kapasitas Produksi Nikel MHP 2025

Kapasitas produksi itu berasal dari pabrik yang digarap PT ESG New Energy Material dan PT Meiming New Energy Material tahun ini.
Salah satu pabrik pengolahan baja di Kawasan Industri Morowali/imip.co.id
Salah satu pabrik pengolahan baja di Kawasan Industri Morowali/imip.co.id

Bisnis.com, JAKARTA —  Emiten kongsi Garibaldi ‘Boy’ Thohir dan Grup Saratoga, PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) memastikan dua proyek ekspansi smelter HPAL perseroan beroperasi pada tahun ini.  

Dengan demikian, MBMA bakal menghimpun tambahan pendapatan dan peningkatan kapasitas produksi nikel dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP) yang efektif pada tahun buku 2025. 

GM Corporate Communications PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) Tom Malik mengatakan kedua pabrik HPAL itu memiliki kapasitas produksi secara keseluruhan mencapai 55.000 ton MHP per tahun. 

MBMA yakin bahwa strategi jangka panjang dan pertumbuhan bisnis serta komitmen kami untuk memberikan nilai bagi pemegang saham,” kata Tom saat dihubungi, Minggu (2/2/2025). 

Pabrik pertama dikerjakan MBMA bersama dengan GEM lewat PT ESG New Energy Material. MBMA mengempit 60% saham di perusahaan patungan ini. 

Proyek HPAL itu memiliki kapasitas produksi sebesar 30.000 ton nikel per tahun dalam bentuk MHP. Rencananya, tahap pertama bakal memiliki kapasitas 20.000 ton MHP. 

Selain itu, MBMA turut memiliki 12,5% kepemilikan saham di PT Meiming New Energy Material yang telah memiliki smelter HPAL commissioning.

Adapun, pabrik ini memiliki kapasitas produksi sebesar 25.000 ton di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Proyek ini dikerjakan oleh GEM. 

Di sisi lain, Tom mengatakan, perseroan menargetkan produksi nikel dalam bentuk nickel pig iron (NPI) dari 3 smelter MBMA dapat mencapai 80.000 ton sampai dengan 85.000 ton pada tahun 2024.

“MBMA juga memiliki fasilitas Nickel Matte yang memproses NPI yang diproduksi oleh smelter RKEF menjadi High Grade Nickel Matte (HGNM) dengan target produksi untuk 2024 adalah 50.000-55.000 ton Nikel dalam bentuk HGNM,” kata Tom. 

Dari laporan kinerja keuangan MBMA, emiten kongsi Boy Thohir dan Grup Saratoga itu membukukan laba bersih sebesar US$18,46 juta atau sekitar Rp284,06 miliar (asumsi kurs Rp15.384 per dolar AS) sepanjang periode Januari sampai September 2024. 

Torehan laba bersih itu naik 2.627% dari pencatatan laba periode yang sama tahun sebelumnya pada angka US$677.097 atau sekitar Rp10,24 miliar.

Lonjakan kinerja perseroan itu berasal dari  kenaikan produksi limonit tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) serta produksi NPI dan high-grade nickel matte (HGNM). 

Sepanjang 9 bulan pertama 2024, tambang SCM memproduksi limonit sebesar 6,7 juta wet metric tonnes (WMT), 176% lebih tinggi dari produksi 9 bulan pertama 2023. 

Pada periode yang sama, SCM memproduksi 1,9 juta WMT saprolit, atau 113% lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Selain itu, smelter RKEF (Rotary Kiln-Electric Furnace) menghasilkan 63.338 ton nikel dalam NPI, sedangkan pabrik nickel matte memproduksi 38.422 ton nikel dalam HGNM. 

Kendati demikian, harga saham MBMA belakangan melorot ke level Rp382 per saham pada penutupan perdagangan Jumat (31/1/2025).

Posisi itu telah terkoreksi 51,94% atau minus 413 poin dari harga IPO di level Rp795 pada 18 April 2023.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper