Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Medco Energi (MEDC) Bidik Pertumbuhan Penjualan Listrik 9,75% Tahun Ini

PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) menargetkan penjualan listrik mencapai 4.500 gigawatt per hour (GWh) tahun ini.
Ilustrasi Offshore PSC PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC)./medcoenergi.co.id
Ilustrasi Offshore PSC PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC)./medcoenergi.co.id

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten energi keluarga Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) menargetkan penjualan listrik mencapai 4.500 gigawatt per hour (GWh) pada tahun ini. 

Target penjualan listrik itu naik 9,75% dari panduan penjualan listrik pada periode 2024 sebesar 4.100 GWh. Adapun sepanjang Januari sampai September 2024, MEDC merealisasikan penjualan listrik sebesar 2.961 GWh. 

CFO MEDC Anthony Mathias mengatakan perseroannya tengah mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Ijen, ekspansi proyek PT Energi Listrik Batam (ELB) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)

“Proyek-proyek ini merefleksikan komitmen MedcoEnergi terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan dan diversifikasi solusi energi,” kata Anthony kepada Bisnis, Selasa (28/1/2025).

Seperti diketahui, MEDC lewat anak usahanya Medco Power Indonesia memastikan 3 proyek ekspansi itu bakal beroperasi komersial awal tahun ini. Total tambahan kapasitas setrum bersih dari ketiga proyek itu mencapai 199 megawatt (MW).

Adapun, PLTP Ijen memiliki kapasitas setrum 100 MW, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Bali dengan kapasitas 2x25 megawatt peak (MWp) dan proyek PT ELB dengan tambahan 39 MW. 

Proyek panas bumi dikerjakan Medco Power lewat anak usahanya, PT Medco Cahaya Geothermal. Pada perusahaan ini, Medco Power menggenggam saham sebesar 51%. Sisanya 49% dipegang PT Ormat Geothermal Power. 

Wilayah kerja panas bumi Blawan Ijen terletak di Jawa Timur dan meliputi tiga kabupaten yaitu Bondowoso, Banyuwangi dan Situbondo. 

Konsorsium Medco dan Ormat mendapatkan wilayah kerja panas bumi ini lewat lelang pada 2010 lalu. Belakangan, konsorsium Medco-Ormat dinyatakan sebagai pemenang dengan masa pengembangan selama 35 tahun, berlaku efektif sejak 2011. 

Di sisi lain, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mendapatkan penugasan pembelian tenaga listrik PLTP Ijen dengan harga sesuai hasil lelang wilayah kerja panas bumi (WKP) dari Menteri ESDM pada Desember 2011 di level US$8,58 sen per kWh. 

Direktur & Chief Financial Officer Medco Power Indonesia Myrta Sri Utami mengatakan rencana COD ketiga pembangkit ini bakal ikut mengerek pendapatan perseroan untuk tahun buku 2025. 

Hanya saja, Myrta enggan memerinci detail potensi tambahan pendapatan Medco dari operasi komersial ketiga proyek tersebut.

“Pendapatan akan mengikuti, kapasitas bertambah, power sales juga akan bertambah,” kata Myrta saat ditemui di Jakarta, Minggu (1/12/2024). 

Sementara itu, Medco berkongsi dengan Solar Phillipines Power Project Holdings, Inc untuk membangun proyek PLTS di Bali, lewat anak usaha patungan PT Medco Solar Bali Timur dan PT Medco Solar Bali Barat. 

Lewat dua anak usaha itu, Medco menggenggam saham mayoritas 51%, sisanya dipegang Solar Phillipines Power Project Holdings, Inc. 

Rencanannya, PLN bakal membeli listrik dari PLTS garapan konsorsium Medco ini dengan harga masing-masing US$5,92 sen per KWh untuk PLTS Bali Barat dan US$5,59 untuk PLTS Bali Timur. 

Selain itu, Medco berpotensi ikut mendapat pendapatan dari proyek tambahan pembangkit listrik siklus gabungan atau ELB Add On sebesar 39 MW dari kapasitas bersih perjanjian jual beli listrik yang ada saat ini sebesar 2x35 MW. 

Proyek ini beroperasi sebagai pembangkit listrik siklus sederhana (SCPP) di Tanjung Uncang Pulau Batam-Indonesia. Pembangkit ini dikerjakan oleh PT Energi Listrik Batam (ELB). Pada Maret 2012, ELB didirikan lewat perusahaan ventura bersama, PT Universal Batam Energy. 

Kemudian, ELB mengalami perubahan kepemilikan saham dengan Medco menguasai 45,49%, UGE menguasi 30,51%, KPIC Netherland B.V menguasai 21% dan Kanden Power-Tech Corporation menguasai 3%. 

ELB menandatangani perjanjian jual beli listrik dengan PLN pada 2012 lalu yang kemudian diubah pada Oktober 2015 untuk jangka waktu 20 tahun, yang dimulai COD pada 6 Januari 2016 untuk unit 2 dan 14 Mei 2016 untuk unit 1.

Tarif jual beli listrik terdiri dari berbagai komponen yang berbeda-beda, sebagian di antaranya tergantung pada berbagai penyesuaian berdasarkan, antara lain, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, CPI Indonesia dan Amerika Serikat. 

Perjanjian jual beli listrik itu juga mengatur batas minimum take-or-pay sebesar 66,3% untuk 2 tahun pertama dan 85% untuk sisa tahun kontrak jual beli listrik.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper