Bisnis.com, JAKARTA — CEO PT Bakrie and Brothers Tbk. (BNBR) Anindya Novyan Bakrie mengatakan Indonesia terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai negara ihwal pembentukan ekosistem baterai.
Dilansir dari situs resmi World Economic Forum, Anindya menampik anggapan Indonesia cenderung condong pada investasi hilirisasi nikel dari perusahaan China. Menurutnya, perusahaan China hanya menjadi katalis awal untuk rencana jangka panjang pembentukan industri baterai listrik domestik.
“China hanya penggerak awal, kita ingin menyeimbangkan kerja sama dengan negara-negara di Barat,” kata Anindya dalam diskusi panel World Economic Forum, Davos, Selasa (21/5/2025).
Anindya mencontohkan inisiatif yang didorong BNBR dalam membentuk konsorsium Indo-Pacific Net-zero Battery-materials Consortium (INBC) bersama dengan Envision dan Glencore pada 2023.
“Kami punya INBC yang berfokus pada dunia barat seperti Uni Eropa, Inggris, dan Amerika yang memerlukan material baterai,” kata Anindya.
Di sisi lain, dia menambahkan, konsen pada kemitraan dengan perusahaan di dunia barat itu menjadi penting untuk meningkatkan standar perusahaan.
Baca Juga
“Kita ingin standar yang baik untuk memproses baterai tersebut itu baik untuk Indonesia,” katanya.
Sebagai informasi, konsorsium INBC berencana membangun kawasan industri dan pembangkit listrik tenaga angin yang berlokasi di Sulawesi. Nilai investasi dari proyek ini diperkirakan mencapai US$9 miliar dari tiga perusahaan tersebut.
Seperti diketahui, BNBR merupakan induk usaha Grup Bakrie yang menaungi lini usaha komponen otomotif, industri bahan bangunan, infrastruktur, dan jasa konstruksi metal.
BNBR juga memiliki perpanjangan tangan di sektor pengembangan bus listrik melalui PT Vektor Mobiliti Indonesia yang merupakan anak usaha Bakrie Autoparts.