Bisnis.com, JAKARTA — Pasar obligasi Indonesia pada 2025 dibayangi oleh peluang dan tantangan, termasuk sentimen suku bunga acuan, kebijakan Trump, hingga penerbitan instrumen surat berharga negara (SBN).
Tim Analis PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) menyampaikan pasar obligasi pada tahun ini diperkirakan masih dibayangi dengan tantangan eksternal. Salah satunya, ekonomi AS diproyeksi tumbuh lebih tinggi. Merujuk OECD, proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada 2025 direvisi naik dari 1,60% menjadi 2,20%.
Tantangan eksternal lain juga datang dari agenda kebijakan Donald Trumpyang akan dilantik menjadi Presiden AS pada 20 Januari 2025 waktu setempat. Kebijakan-kebijakan Trump diperkirakan dapat mendorong inflasi AS turut berdampak pada terbatasnya ruang The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter lanjutan.
“Namun demikian, prospek pemangkasan suku bunga The Fedtetap terbuka dengan laju yang lebih lambat. Berdasarkan dot plot The Fed pada rapat FOMC Desember 2024, menunjukkan kemungkinan dua kali pemangkasan atau sebesar 50 bps pada 2025,” paparnya dalam riset yang dikutip Minggu (19/1/2025).
Lebih lanjut, PHEI juga menyoroti risiko kebijakan perdagangan Donald Trump yang lebih protektif yakni kenaikan tarif impor China dan beberapa negara Eropa dapat memicu kembalinya perang dagang. Kebijakan itu diperkirakan memberikan tekanan bagi rupiah terhadap dolar AS.
Masih dari Amerika Serikat, pasar obligasi juga dibayangi oleh terbukanya potensi pelebaran defisit fiskal AS melalui agenda kebijakan Trump terkait penghapusan dan pemangkasan pajak.
Baca Juga
Dari domestik, Tim Analis PHEI menyampaikan peluang pemangkasan suku bunga BI Rate pada 2025 diperkirakan dapat mendukung valuasi yield di pasar obligasi Indonesia.
“Pasar obligasi masih akan ditopang oleh permintaan dari investor domestik terutama dari institusi keuangan non-bank,” tuturnya.
PHEI juga melihat adanya kebutuhan reinvestasi, pemenuhan kewajiban investasi pada SBN, dan potensi imbal hasil yang lebih tinggi, serta kondisi makroekonomi domestik yang resilient menjadi faktor masih kuatnya permintaan pada pasar SBN.
“Potensi inflow investor asing di SBN berpotensi terbatas dalam skenario pelonggaran moneter The Fed yang lebih terbatas pada 2025.”
Masih dari domestik, prospek pasar obligasi juga dipengaruhi oleh sentimen target penerbitan SBN (neto) oleh pemerintah pada 2025 sebesar Rp642,6 triliun berdasarkan APBN 2025. Jumlah target penerbitan tersebut menyesuaikan dengan asumsi defisit APBN yang menjadi 2,53% terhadap PDB.