Bisnis.com, JAKARTA — PT Krakatau Steel Tbk. (KRAS) melakukan pengiriman perdana untuk produk hot rolled plate atau baja canai panas berbentuk lembaran setelah hampir 1,5 tahun pabrik milik perseroan berhenti beroperasi.
Produk itu menjadi unggulan dari fasilitas pabrik Hot Strip Mill (HSM#1) yang berhenti beroperasi akibat kahar pada Mei 2023 lalu.
Direktur Utama KRAS Muhamad Akbar mengatakan lewat pemulihan pabrik HSM#1, perseroan dapat memenuhi kembali kebutuhan hot rolled coil atau HRC domestik.
“Sehingga pada 2025 HSM#1 dapat memproduksi HRC seoptimal kemampuan HSM#1 pada saat ini sehingga dapat kembali memenuhi kebutuhan HRC dalam negeri,” kata Akbar saat dikonfirmasi, Jumat (17/1/2025).
Adapun, KRAS telah melakukan penandatanganan Long Term Supply Agreement (LTSA) sebesar 1.256.000 ton, dengan rincian HRC sebesar 786.000 ton dan cold rolled coil atau baja canai dingin (CRC) seberat 470.000 ton.
“Ini menandakan kepercayaan publik terhadap produk KRAS masih sangat tinggi dan tentunya angka ini akan terus bertambah seiring berjalannya tahun 2025,” kata dia.
Baca Juga
Sementara itu, lanjut Akbar, perseroannya belum merencanakan belanja modal baru untuk tahun ini lantaran dalam kondisi restrukturisasi lanjutan dengan kreditur.
Dia menuturkan sebagian besar capex dianggarakan oleh anak usaha perseroan untuk meningkatkan kapasitas dan revitalisasi.
“Capex yang direncanakan adalah yang bersifat rutin dan alokasinya sebagian besar untuk perawatan rutin guna menjaga keandalan fasilitas pabrik,” tuturnya.
Adapun, saat ini KRAS tengah menyelesaikan persetujuan restrukturisasi utang senilai US$1,4 miliar. Belakangan 8 dari 10 kreditur disebutkan telah memberi lampu hijau restrukturisasi, baik lewat pemberian diskon maupun perubahan jatuh tempo.
Kementerian BUMN telah merestui program Rencana Penyehatan Keuangan (RPK) Krakatau Steel yang meliputi skema restrukturisasi lanjutan dalam penyelesaian utang senilai US$1,4 miliar.
Usulan yang direstui pemegang saham tersebut merupakan langkah pembaruan dari perjanjian kredit restrukturisasi yang diteken pada 30 September 2019.
Perjanjian, yang melibatkan perseroan dan 10 kreditur itu, sebelumnya telah menyepakati perjanjian restrukturisasi dengan nilai outstanding US$1,94 miliar.
Dalam perjalanannya, Krakatau Steel telah membayar sebagian pokok utang dan bunga dengan nilai total mencapai US$509 juta. Pembayaran tersebut membuat utang perseroan kepada kreditur turun menjadi US$1,4 miliar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.